kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pebisnis tolak konversi gas menjadi LNG


Jumat, 10 Mei 2013 / 09:02 WIB
Pebisnis tolak konversi gas menjadi LNG
ILUSTRASI. Hindari Kesalahan Ini untuk Selalu Merawat Wajah & Tubuh


Reporter: Diemas Kresna Duta | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Sejumlah pelaku usaha mendesak pemerintah dan Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Migas dan Gas Bumi (SKK Migas) supaya menjamin pasokan gas nasional, terutama bagi industri. Desakan itu muncul menanggapi harga gas alam cair atau liquefiled natural gas (LNG) yang mahal.

Menurut Achmad Wijaya, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), harga gas alam cair yang sudah mahal bisa mengganggu keberlangsungan bisnis di semua lini industri, tanpa terkecuali. "Saat ini harga LNG berada di kisaran US$ 15 - US$ 18 per million metric british thermal units (mmbtu),  sementara harga gas industri hanya US$ 10 per mmbtu. Kalau gas industri terus langka, kami bisa habis," kata dia kepada KONTAN, Rabu (8/5).

Sekadar informasi, saat ini kebutuhan gas industri nasional berada di angka 2.130 juta kaki standar kubik per hari (mmscfd). Sekitar 1.022 mmscfd untuk keperluan bahan baku dan 1.108 mmscfd lainnya untuk energi.

Adapun pasokan dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) kini mencapai sekitar 800 mmscfd saja. Dengan kekurangan ini, Ahmad bilang, pihaknya terpaksa membeli gas LNG dengan harga yang lebih tinggi. Ia pun mengkhawatirkan upaya konversi gas industri ke LNG bisa mengganggu laju bisnis industri domestik. "Sudah pasti harga komoditas akan mahal dan keuntungan bakal berkurang. Seharusnya, pemerintah harus tahu fakta ini," ujar Ahmad yang juga Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki).

Wakil Kepala SKK Migas, Johanes Widjanarko, menerangkan, upaya mengonversi gas industri ke LNG terjadi lantaran belum tersedianya jaringan pipa gas di sejumlah daerah. Widjanarko mengaku, SKK Migas bakal terus berkonsolidasi dengan sejumlah pihak dalam memastikan ketersediaan gas untuk industri. Seperti membahas kegiatan produksi migas di sektor hulu dan ketersediaan pipa gas.

"Kami akan terus berusaha mengontrol produksi gas sejumlah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Kami meminta pelaku industri untuk bersabar karena floating storage regasification unit (FSRU) yang sedang PGN buat di Lampung, juga bakal selesai dalam waktu dekat," terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×