kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.299.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.707   -11,00   -0,07%
  • IDX 8.395   57,53   0,69%
  • KOMPAS100 1.168   8,20   0,71%
  • LQ45 854   5,85   0,69%
  • ISSI 291   2,33   0,81%
  • IDX30 444   1,43   0,32%
  • IDXHIDIV20 513   2,30   0,45%
  • IDX80 132   1,04   0,80%
  • IDXV30 138   1,56   1,14%
  • IDXQ30 141   0,50   0,35%

Simak Strategi Pebisnis Alat Berat Memacu Kinerja Akhir Tahun 2025


Minggu, 09 November 2025 / 17:31 WIB
Simak Strategi Pebisnis Alat Berat Memacu Kinerja Akhir Tahun 2025
ILUSTRASI. Kinerja pebisnis alat berat Q3 2025 bervariasi. UNTR tumbuh, KOBX & INTA turun. Sektor tambang dominan, diversifikasi bisnis jadi strategi kunci.. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/12/02/28


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pebisnis alat berat mencatat performa keuangan yang beragam hingga kuartal III-2025. Sektor pertambangan masih berperan dominan, meski ada potensi kenaikan permintaan dari sektor lain seperti perkebunan dan kehutanan.

PT United Tractors Tbk (UNTR) mengeruk pertumbuhan penjualan alat berat, yang secara pembukuan tergabung dalam segmen mesin konstruksi.

Pendapatan dari pilar usaha ini meningkat sekitar 11% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 29,3 triliun, atau setara 29,16% dari pendapatan konsolidasi UNTR yang menembus Rp 100,46 triliun hingga kuartal III-2025.

Emiten dari konglomerasi Grup Astra ini masih mengandalkan penjualan alat berat Komatsu yang melaju sekitar 10% (yoy) dari 3.321 unit menjadi 3.653 unit. Sektor pertambangan masih dominan dengan kontribusi 63% terhadap total penjualan unit alat berat Komatsu.

Baca Juga: Trakindo Dorong Persiapan Sumber Daya Manusia di Industri Alat Berat

Pasar alat berat Komatsu lainnya adalah sektor perkebunan (14%), sektor konstruksi (13%), dan sektor kehutanan (10%). Secara persentase, penjualan ke sektor kehutanan dan perkebunan masing-masing naik 1% dan 12% (yoy).

Penjualan alat berat PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) juga meningkat. Secara konsolidasi, penghasilan neto HEXA naik 15,71% (yoy) menjadi US$ 264,94 juta. Penjualan alat berat kepada pihak ketiga mencapai US$ 177,95 juta atau setara dengan 67,16% terhadap penghasilan neto HEXA.

Sebagai catatan, HEXA baru melaporkan kinerja keuangan periode enam bulan 2025. Pada periode tersebut, penjualan alat berat HEXA kepada pihak ketiga melonjak 37,49% (yoy) dari US$ 129,42 juta menjadi US$ 177,95 juta. HEXA juga mencatatkan penjualan alat berat kepada pihak berelasi senilai US$ 887.600.

Berbeda arah dengan PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX). Pendapatan bersih KOBX merosot 21,29% (yoy) menjadi Rp 1,22 triliun hingga September 2025, yang ikut terseret oleh penurunan penjualan alat berat. Kontribusi dari unit alat berat KOBX anjlok 31,91% (yoy) dari Rp 913,38 miliar menjadi Rp 621,90 miliar.

Bergeser ke PT Intraco Penta Tbk (INTA). Secara konsolidasi, pendapatan usaha INTA meningkat 11,86% (yoy) menjadi Rp 739,16 miliar. Tetapi, kontribusi dari penjualan alat-alat berat dan suku cadang merosot 7,52% (yoy) dari Rp 620,60 miliar menjadi Rp 573,87 miliar hingga kuartal III-2025.

Bidik Diversifikasi Segmen

Direktur Intraco Penta, Willianto Febriansa mengungkapkan penjualan alat berat INTA mengalami penurunan sekitar 5% (yoy). Sektor pertambangan masih berkontribusi dominan sekitar 70%-75%. Dus, dinamika harga dan permintaan komoditas tambang masih menjadi faktor kuat yang menyetir permintaan alat berat.

"Harga komoditas terutama batubara dan nikel yang cenderung turun dan stagnan sejak awal tahun menjadi faktor utama penurunan ini," ungkap Willianto kepada Kontan.co.id, Minggu (9/11/2025).

Baca Juga: INTA Bakal Terpapar Dampak Positif dari Pabrik Alat Berat LiuGong di Indonesia

Di tengah penjualan unit baru yang masih landai, INTA pun melirik penguatan diversifikasi segmen bisnis. Merujuk laporan keuangan INTA, ada lonjakan signifikan dari jasa persewaan, yang meroket 4.836,79% (yoy) dari Rp 3,18 miliar menjadi Rp 156,99 miliar.

Lonjakan kontribusi dari segmen jasa persewaan ini menopang pendapatan usaha INTA hingga kuartal III-2025. "Lini sewa alat memberikan pertumbuhan positif dan kontribusi yang signifikan terhadap performa kuartal ketiga 2025. Dengan pertumbuhan tersebut, lini usaha persewaan memberi kontribusi sekitar 21% dari total pendapatan," terang Willianto.

Dia membeberkan, cukup banyak pelaku industri yang melirik sewa alat berat sebagai alternatif dibandingkan membeli baru dengan investasi atau belanja modal (capex) yang cukup tinggi. INTA pun melirik kondisi ini sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Hanya saja, Willianto menegaskan INTA akan selektif untuk menggelar ekspansi di segmen bisnis sewa alat berat.

"Perseroan memberikan peluang kepada pelanggan dengan opsi rental. Jadi, pelanggan tidak perlu melakukan capex untuk investasi alat, tetapi bisa menyewa alat berat dari Perseroan. Kami akan selektif untuk menambah armada rental. Hanya pelanggan yang dipandang kredibel yang akan diberikan opsi untuk menyewa alat berat," tegas Willianto.

Penguatan segmen bisnis sewa juga tampak terjadi pada Kobexindo. Merujuk laporan keuangan per September 2025, saat penjualan alat berat merosot, pendapatan sewa alat berat KOBX meningkat 7,81% (yoy) menjadi Rp 105,37 miliar.

Strategi diversifikasi segmen juga dilakukan oleh UNTR. Dalam paparan publik beberapa waktu lalu, Direktur United Tractors, Loudy Irwanto Ellias mengungkapkan bahwa UNTR mengusung 2-line strategy untuk menghadapi kompetisi yang semakin ketat dengan produk alat berat asal China.

Melalui 2-line strategy, UNTR menyediakan tipe premium dan ekonomi. "Dengan begitu, Perseroan dapat mengetahui produk yang tepat sesuai dengan segmennya dan masih bertahan hingga saat ini di tengah gempuran produk Cina," kata Loudy.

Sementara itu, Widjaja Kartika selaku Direktur United Tractors menyampaikan bahwa kenaikan penjualan alat berat UNTR terdongkrak oleh adanya penerusan kontrak (carry over), terutama pemesanan dari sektor pertambangan yang sudah dilakukan pada tahun lalu.

Baca Juga: Tiga Perusahaan Alat Berat Ekspansi Pabrik, Investasi Tembus Rp 10,9 Triliun

Sedangkan pada sisa tahun ini, pebisnis alat berat berhadapan dengan sejumlah peluang dan tantangan. Immawan Priyambudi sebagai Chief Operating Officer (COO) Construction, Forestry and Agriculture PT Trakindo Utama mengungkapkan secara umum proyek-proyek strategis yang dicanangkan oleh pemerintah bisa menjadi peluang bagi pelaku industri alat berat.

Proyek strategis tersebut antara lain mencakup pembangunan infrastruktur, hilirisasi mineral hingga program food estate. Proyek-proyek ini secara langsung membutuhkan dukungan dari alat berat untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

"Namun, kami juga menyadari adanya tantangan yang perlu diantisipasi, seperti dampak perang tarif yang dapat menekan harga komoditas dunia, risiko nilai tukar yang fluktuatif, serta meningkatnya persaingan dari pemain alat berat lain," ungkap Immawan.

Sedangkan Willianto menyampaikan bahwa pada sisa tahun ini INTA akan fokus memacu penjualan unit alat berat dan suku cadang. "Sementara untuk pendapatan usaha dari lini persewaan diharapkan akan stabil pada kuartal keempat 2025 sesuai dengan perjanjian sewa," tandas Willianto.

Selanjutnya: Hening Cipta Serentak 60 Detik Hari Pahlawan: Tata Cara & Pengecualian

Menarik Dibaca: Tanaman Herbal untuk Obat Sakit Perut, Redakan Nyeri dengan Pengobatan Rumahan!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×