kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelabuhan Tanjung Priok Macet, Ini Tanggapan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI)


Jumat, 04 Maret 2022 / 15:15 WIB
Pelabuhan Tanjung Priok Macet, Ini Tanggapan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI)
ILUSTRASI. Pelabuhan Tanjung Priok


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) turut menyoroti kemacetan parah yang melanda di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok pada Rabu (2/3) lalu. Asal tahu saja, kemacetan terjadi akibat gangguan listrik di Common Gate Area (CGA) Terminal New Priok Container Terminal One (NPCT-1).

Ketua Umum ALI Mahendra Rianto mengaku belum bisa mendeteksi jumlah anggota ALI yang mengalami kerugian akibat kemacetan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dua hari yang lalu.

Walau begitu, ia memperkirakan, kemacetan parah di pelabuhan tersebut bisa membuat pengendara kontainer logistik kehilangan waktu minimum 6 jam. Hal ini dengan asumsi terdapat 20.000 kontainer per hari yang keluar masuk Pelabuhan Tanjung Priok yang notabene memiliki 5 terminal untuk kebutuhan ekspor impor.

“Kontainer akan kehilangan satu rit (perjalanan bolak-balik) untuk besoknya. Bila satu rit biayanya minimal Rp 1 juta, maka potensi ruginya Rp 20 miliar per hari. Ini di luar biaya storage pelabuhan, biaya inap, denda, dan lain-lain,” ungkap dia, Jumat (4/3).

Baca Juga: Pelindo Multi Terminal Perluas Wilayah Operasi di Kalimantan Tengah & Jawa Timur

Mahendra menambahkan, kondisi CGA NPCT-1 dinilai kurang ideal karena menjadi satu-satunya akses menuju ke 5 terminal peti kemas Tanjung Priok. Kemacetan pun menjadi hal yang lumrah di sana, apalagi jika terdapat kendaraan yang mogok atau mengalami kecelakaan di sekitar pelabuhan.

Biasanya, truk-truk kontainer bisa lebih cepat keluar masuk pelabuhan di waktu tengah malam, ini pun dengan catatan bahwa tidak ada kendala di dalam terminal.

Pihak ALI pun mengusulkan upaya mengoptimalkan kegiatan ekspor-impor di beberapa pelabuhan lain seperti Merak, Cikarang Dry Port (CDP), dan Patimban. Setidaknya, aktivitas ekspor-impor tidak terkonsentrasi di satu tempat saja.

“Selain itu, agar pelaku usaha tidak dirugikan, mereka juga bisa diberikan keringanan biaya seperti diskon biaya penumpukan ketika terjadi masalah teknis di pelabuhan,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×