Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri alat berat di Indonesia masih ramai peminat. Setidaknya ada tiga perusahaan yang sedang dan akan membangun pabrik alat berat di dalam negeri.
Terbaru, ada LiuGong Indonesia yang akan mendirikan fasilitas produksi alat berat di Kawasan Industri Artha Industrial Hill, Karawang Barat. LiuGong bakal membenamkan investasi senilai US$ 317 juta untuk membangun pabrik tersebut.
Selain LiuGong, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat ada dua perusahaan yang sudah menyampaikan komitmen investasi untuk ekspansi pabrik. Mereka adalah PT Qingtuo Automotive Manufacturing Indonesia yang mengucurkan investasi US$ 330 juta, serta PT Komatsu Indonesia dengan nilai investasi US$ 13,5 juta.
Secara akumulasi, ketiga perusahaan alat berat tersebut menggelontorkan investasi senilai US$ 660,5 juta. Sebagai gambaran saja, dana itu setara dengan Rp 10,94 triliun, jika dikonversi dengan kurs sebesar Rp 16.577 per dolar Amerika Serikat per Rabu (15/10/2025).
Baca Juga: LiuGong Bangun Pabrik Alat Berat di Karawang, Investasi Setara Rp 5,25 Triliun
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta menjelaskan bahwa pembangunan pabrik Qingtuo Automotive berlokasi di Halmahera. Pabrik ini akan memproduksi bulldozer electric dan dumptruck electric.
Sedangkan investasi Komatsu di Cibitung merupakan perluasan fasilitas produksi untuk alat berat excavator hingga kelas 125 ton. Setia membeberkan, saat ini ada lima industri utama yang memproduksi alat berat di dalam negeri.
Kelima perusahaan itu adalah Komatsu Indonesia, Hitachi Construction Machinery, Sumitomo Construction Machinery, Sakai Indonesia, dan United Tractors Pandu Engineering. Ada berbagai jenis alat berat yang diproduksi. Mulai dari excavator, bulldozer, dumptruck, motor grader, hydraulic cylinder hingga komponen alat berat dan fabrikasi lainnya.
Menurut Setia, Indonesia masih memerlukan peningkatan kapasitas produksi serta jenis alat berat hasil manufaktur dalam negeri. Hal ini penting untuk menyokong hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA).
Saat ini produksi lokal masih relatif terbatas untuk jenis alat berat tertentu seperti excavator kelas 13~200 ton, dumptruck, motor grader dan roller.
"Masih diperlukan investasi alat berat jenis baru serta peningkatan kapasitas produksi agar dapat semakin mendukung hilirisasi SDA," kata Setia kepada Kontan.co.id, Rabu (15/10/2025).
Pada pekan lalu, Presiden Direktur LiuGong Indonesia, Levi Lin menargetkan fasilitas manufaktur di Karawang akan mulai beroperasi pada tahun 2026. Pabrik ini bakal menjadi salah satu pabrik alat berat terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi hingga 5.000 unit per tahun pada 2030.
Tak hanya untuk pasar domestik, pabrik LiuGong ini akan memasok ke pasar global. Secara bertahap, LiuGong akan mengekspor ke sejumlah negara di Asia Tenggara, Australia, dan Amerika Utara.
Levi bilang, pendirian pabrik ini menunjukkan komitmen investasi jangka panjang LiuGong di Indonesia.
"Kami ingin menjadi mitra strategis pemerintah dalam mendorong kemandirian teknologi dan meningkatkan daya saing global,” ujar Levi.
Baca Juga: Intraco Penta (INTA) Bidik Peningkatan Penjualan Alat Berat di 2025
Sebagai salah satu distributor alat berat LiuGong di Indonesia, PT Intraco Penta Tbk (INTA) bakal mencuil hasil dari pendirian pabrik tersebut. Direktur INTA Willianto Febriansa mengatakan pabrik di dalam negeri akan membuat LiuGong semakin kompetitif di pasar alat berat Indonesia.
"Dengan kehadiran pabrik ini maka kepastian dan keandalan stok alat berat dan spareparts akan sangat baik. Ini akan membuat distributor dapat menyalurkan produk lebih mudah dan mendapat dukungan purna jual," kata Willianto saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/10/2205).
Willianto memandang industri alat berat Indonesia masih prospektif dan menarik di mata investor. Alat berat punya peran yang vital untuk mendukung pembangunan di berbagai sektor, terutama dalam pengelolaan SDA.
"Peluangnya sangat besar dalam aspek ini. Tantangannya, prinsipal dan distributor harus dapat memberikan servis dan layanan purna jual yang baik, sehingga customer yang sudah melakukan investasi alat berat bisa memperoleh layanan yang prima untuk mendukung kegiatan operasionalnya," tandas Willianto.
Selanjutnya: IHSG Masih Rawan Koreksi, Cek Rekomendasi Saham MNC Sekuritas Kamis (16/10)
Menarik Dibaca: IHSG Masih Rawan Koreksi, Cek Rekomendasi Saham MNC Sekuritas Kamis (16/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News