Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten jual-beli mobil bekas PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) mencatat perbaikan kinerja penjualan pada kuartal III-2025, mendulang tuah baik dari lesunya pasar mobil baru.
Namun, kehadiran mobil listrik (EV) China menjadi tantangan tersendiri dalam ekosistem mobil bekas.
Meski data resmi baru akan dipublikasikan dalam laporan keuangan perusahaan, Presiden Direktur ASLC Jany Chandra memastikan tren penjualan mobil bekas pada kuartal III-2025 lebih baik dibandingkan dua kuartal sebelumnya.
Sekadar mengingatkan, pada semester I-2025 saja perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 17,11% year-on-year (YoY) menjadi Rp 447,10 miliar.
Baca Juga: Autopedia (ASLC) dan Mitra Pinasthika (MPMX) Memacu Penjualan Mobil Bekas
Sejalan dengan itu, penjualan kendaraan bekas sebagai kontributor utama juga tumbuh 23,59% YoY menjadi Rp 313,35 miliar.
Janny menjelaskan, pada dasarnya penurunan penjualan mobil baru secara tak langsung berdampak terhadap peningkatan permintaan mobil bekas.
Memang, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil nasional secara ritel pada kuartal III-2025 turun 32,63% secara tahunan (YoY).
Dus, seiring kenaikan harga mobil baru dan tingginya biaya kepemilikan, termasuk suku bunga kredit, konsumen bakal cenderung melirik pasar mobil bekas.
“Mobil bekas menjadi alternatif rasional dan menarik bagi masyarakat. Bagi ASLC, kondisi ini menjadi momentum untuk memperkuat penetrasi pasar melalui ekosistem bisnis yang terintegrasi,” ujar Jany kepada Kontan, Rabu (15/10/2025).
Baca Juga: Raih Kinerja Apik pada Kuartal I, ASLC Optimis Bisnis Mobil Bekas Tumbuh Tahun Ini
Namun begitu, Jany bilang pasar mobil bekas di 2025 juga menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari melemahnya daya beli masyarakat hingga ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang berdampak pada pembiayaan kendaraan.
Tak kalah penting, masuknya EV impor asal China dengan harga kompetitif juga menekan pasar.
Nah untuk menyiasatinya, ASLC menyesuaikan product mix dengan lebih banyak menawarkan mobil bekas di segmen harga di bawah Rp 200 juta, yang menurut Jany paling cepat terserap oleh pasar.
Maklum, permintaan mobil bekas ASLC meningkat utamanya untuk unit di segmen menengah ke bawah.
Baca Juga: Industri Mobil Bekas Kian Kompetitif, Focus Motor Ekspansi Showroom di Tangerang
Dari sisi pasokan, Jany memastikan ketersediaan unit mobil bekas perseroan masih mencukupi, sehingga keseimbangan antara supply dan demand masih terjaga.
Pun begitu, Jany bilang kenaikan harga mobil bekas tahun ini tidak akan signifikan, mengingat tekanan dari mobil listrik China yang semakin kompetitif di pasar domestik.
Untuk menjaga profitabilitas di tengah ketatnya persaingan platform jual-beli mobil bekas, Caroline.id fokus pada efisiensi operasional serta pemasaran digital berbasis data.
Tak cuman itu, perusahaan juga gencar menggelar kampanye promo bulanan seperti diskon, cashback, cicilan ringan, hingga benefit tambahan seperti gratis ganti oli, filter, dan autodetailing.
Baca Juga: Harga Mobil Bekas di AS Melonjak, Kebijakan Trump Jadi Pemicunya
Menjelang akhir tahun, ASLC melihat peluang pertumbuhan yang masih terbuka di industri mobil bekas Indonesia. Preferensi konsumen terhadap kendaraan dengan harga lebih terjangkau tetap menjadi pendorong utama permintaan.
Namun, perseroan juga bakal terus mencermati tantangan seperti kompetisi dari EV murah asal China serta keterbatasan pasokan unit berkualitas.
“Ke depan, kami akan terus memperluas jaringan Caroline.id dan memperkuat model bisnis online-to-offline (O2O). Tujuannya menghadirkan pengalaman jual beli mobil bekas yang semakin mudah, aman, dan terpercaya,” pungkas Jany.
Selanjutnya: Ada Keracunan Makan Bergizi Gratis di Bima, Ini Penyebabnya
Menarik Dibaca: PPG Prajabatan 2025 Calon Guru Resmi Dibuka, Begini Cara Daftar dan Jadwal Seleksinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News