Reporter: Venny Suryanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah tengah melempem. Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebut, dampak pelemahan rupiah memang positif terutama bagi eksportir yang menggunakan bahan baku lokal.
Semakin lebar selisih kurs maka eksportir akan meraup untung yang besar. Namun ada juga eksportir yang mengeluh karena ongkos logistik dalam dolar AS naik. Demikian juga bagi pengusaha yang produk campuran bahan baku impornya cukup tinggi.
“Tidak bisa dipukul rata semua eksportir happy dengan pelemahan rupiah,” ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (16/10).
Baca Juga: Rupiah Kian Lemah, Phapros (PEHA) Amankan Stok Bahan Baku Beberapa Bulan ke Depan
Menurutnya, yang dibutuhkan eksportir adalah stabilitas kurs. Sehingga dalam 3 bulan-6 bulan ke depan pembelian bahan baku dan ongkos pengiriman dapat diprediksi.
“Masalah stabilitas kurs jauh lebih krusial dibanding keuntungan temporer akibat melemahnya kurs,” jelasnya.
Sejauh ini produsen yang porsi bahan baku impornya tinggi, memiliki pinjaman valas, dan pasar ekspornya sedang turun menjadi tertekan akibat anjloknya rupiah.
Bhima memprediksikan rupiah dapat mencapai level Rp 16.000 per dolar AS pada awal 2023. Ini jika outlook ekonomi global terus direvisi turun dan tren pengetatan moneter di negara maju berlanjut.
“Angka yang dapat diterima pelaku industri adalah stabil di Rp 15.000-Rp 15.250 per dolar Amerika Serikat (AS), lebih dari itu terlalu fluktuatif,” kata Bhima.
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Melemah pada Senin (17/10), Ini Pemicunya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News