Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pemerintah Indonesia tengah merevisi Peraturan Presiden (Perpres) No 36 tahun 2010 tentang Daftar Negatif Investasi (DNI). Rencananya, akan ada 6 sektor bisnis yang akan dibuka lebih lebar untuk para investor asing. Salah satunya adalah sektor telekomunikasi.
Investasi asing secara langsung, bukan melalui pasar modal, di sektor telekomunikasi yang sebelumnya ada yang maksimal 49%, seperti di sektor telepon tetap (fixed line), nanti akan menjadi 65%. Kalangan industri telekomunikasi menyambut baik rencana pemerintah merevisi Daftar Negatif Investasi (DNI).
Menurut Rudi Rusdiah, Board of Director dan Ketua Bidang Industri Manufaktur Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), pelonggaran DNI bisa turut mendorong tumbuhnya investasi di sektor telekomunikasi. Selama ini, pemerintah memiliki dana terbatas untuk pengembangan sektor telekomunikasi, dan diserahkan sepenuhnya kepada swasta.
Rudi menambahkan, kita bisa mengambil manfaat dari peran asing, dan jangan terlalu phobia dengan istilah asing. “Yang terpenting, peran mereka bisa turut mendukung program pemerintah menyediakan layanan telekomunikasi bagi rakyat Indonesia,” kata Rudi, di Jakarta, Selasa (12/11).
Saat ini operator-operator telekomunikasi juga mayoritas sudah dimiliki asing. Di Telkomsel, misalnya, saat ini Telkom memegang sekitar 65% saham Telkomsel. Sisanya dimiliki Singapore Telecom (SingTel Singapura) sebesar 35%. PT Indosat Tbk, kepemilikan sahamnya dimiliki Qatar Telecom (Ooredoo) sebesar 65%. PT XL Axiata Tbk, sebanyak 66,48% dimiliki Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd.
Kehadiran SingTel bisa mendorong pertumbuhan Telkomsel. Ketika SingTel baru masuk ke Telkomsel tahun 2002, nilai kapitalisasi pasar Telkomsel “hanya” USS 1 miliar atau sekitar Rp 10 triliun. Saat ini kapitalisasinya sudah US$ 24 miliar.
Dengan pengalaman global, SingTel juga turut membawa Telkomsel kini menjadi operator terbesar ke-6 di dunia dengan 125 juta pelanggan. Kinerja Telkomsel sepanjang 2012 mencatatkan pertumbuhan “double digit” di semua aspek dan melebihi rata-rata industri telekomunikasi Indonesia.
Anak perusahaan PT Telkom ini mencatat laba bersih sangat mengesankan sebesar Rp 15,7 triliun tumbuh 22% dibanding tahun sebelumnya.
SingTel juga turut berkontribusi dalam melakukan terobosan-terobosan oleh Telkomsel dan bermanfaat bagi industri dan pelanggan di Indonesia. Pada 2003, setahun setelah SingTel masuk, Telkomsel menyelenggarakan program roaming internasional pra bayar pertama di Indonesia.
Pada tahun 2006, Telkomsel menjadi operator seluler pertama yang menghadirkan jaringan 3G di Indonesia. Pada 2010, Program Desa Berdering menjadikan Telkomsel satu-satunya operator seluler yang menyediakan akses telekomunikasi di lebih dari 25.000 desa.
Menurut Rudi, pelonggaran investor asing di sektor telekomunikasi akan bisa mendorong beberapa hal. Pertama, alih teknologi sektor telekomunikasi ke dalam negeri akan bisa semakin berkembang. Kedua, akan membantu pengembangan infrastruktur telekomunikasi di dalam negeri. Dengan demikian, tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor telekomunikasi akan semakin besar.
Rudi menekankan, pemerintah bisa memberi kelonggaran DNI telekomunikasi kepada asing di daerah rural yang perlu padat modal dan kurang investor lokal. Sehingga bisa mengisi kekurangan investasi sektor telekomunikasi. “Walhasil bisa turut mendorong pertumbuhan pembangunan infrastruktur telekomunikasi,” kata Rudi.
Yang tidak kalah penting, akan mampu mendorong potensi tumbuhnya pendapatan pajak dan non pajak sektor telekomunikasi bagi negara. Industri telekomunikasi memberikan kontribusi yang sangat besar.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menyebutkan, pertumbuhan tertinggi dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia adalah di sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu mencapai sebesar 9,98%.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi sebelumnya menilai, pelonggaran DNI akan mendorong investasi saling menguntungkan bagi nasional maupun investor asing.
"Jadi nggak ada yang 100% asing lagi tidak ada, yang ada partner Indonesia dimana partner Indonesia harus membawa untuk mengajari, memberikan teknologi dan lain-lainnya agar sama-sama maju," ujar Sofjan. (Tribunnews.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News