Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan proyek smelter bauksit masih sulit, program hilirisasi bauksit bagai jalan di tempat. Kendalanya masih sama, belum adanya investor yang serius menangani proyek bauksit.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I), Ronald Sulistyanto mengatakan, 10 tahun sudah berlalu, baru tiga smelter bauksit yang terbangun, sebanyak tujuh smelter bauksit masih mangkrak.
Jika melihat persentase nilai bobot, kata Ronald, seharusnya sudah ada pergerakan, namun sampai saat ini belum ada progres dari laporan yang terdahulu.
Baca Juga: Resmikan Tiga Smelter, Pemerintah Kebut Hilirisasi
“Kalau statusnya masih sama artinya belum ada [progres], belum menunjukan kegiatan yang berarti, kalau mau bilang terbengkalai, tapi masih ada pemiliknya dan usaha pertambangannya masih berjalan,” kata Ronald saat dihubungi KONTAN, Minggu (6/10).
Menurut Ronald, kendala pembangunan smelter bauksit yang mangkrak adalah lagu lama. Belum adanya investor yang serius menangani proyek smelter bauksit.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bakal membenahi industri hilirisasi komoditas bauksit yang selama ini mangkrak.
Menaggapai hal ini, Ronald sependapat dengan Bahlil. Menurutnya, harus ada kejelasan hilirisasi bauksit ke depannya akan bagaimana. “Harus direposisi di mana salahnya,” ujar Ronald.
Baca Juga: Dorong Hilirisasi, Jokowi Singgung Timah dan Batubara
Sebab, lanjut Ronald, dilihat perjalanan sejak 2014 sampai dengan sekarang Pemegang IUPK belum satu pun yang berhasil membangun smelter bauksit, hanya PT Aneka Tambang alias ANTAM dengan PT Bauksit Alumina Indonesia (PT BAI).
“PT BAI itu pun hanya kantong kiri kanan (BUMN), apalagi swasta murni, sedangkan yang IUI dari Perindustrian sudah terbangun 2 smelter tanpa embel embel punya tambang atau IUP OP,” ungkap Ronald.
Kontan mencatat, Presiden Jokowi meresmikan fasilitas pengolahan bauksit Smelter Grade Alumina (SGAR) yang di Mempawah, Kalimantan Barat garapan PT BAI.
PT BAI merupakan hasil konsorsium antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) dan PT Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) di bawah Holding BUMN Pertambangan (MIND ID).
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, terdapat 7 pembangunan fasilitas pengolahan mineral atau smelter bauksit dengan progres di atas 50% tapi tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
Tujuh smelter yang sempat dipertanyakan progresnya adalah PT Quality Sukses Sejahtera, PT Dinamika Sejahtera Mandiri, PT Parenggean Makmur Sejahtera, PT Persada Pratama Cemerlang, PT Sumber Bumi Marau, PT Kalbar Bumi Perkasa, PT Laman Mining.
Adapun saat ini, ada empat smelter yang telah beroperasi di Indonesia, yakni PT Indonesia Chemical Alumina, PT Bintan Alumina Indonesia, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, dan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (Ekspansi).
Baca Juga: MIND ID Pastikan Industri Alumunium Terintegrasi Dibangun di Mempawah
APB3I menyoroti pendanaan eksternal untuk membiayai proyek smelter bauksit sulit didapat. Alasannya karena pihak perbankan ataupun lembaga pembiayaan kerap menilai bahwa proyek-proyek smelter bauksit kurang feasible.
Berdasarkan catatan APB3I, produksi tahunan bauksit Indonesia bisa mencapai hingga 30 juta ton per tahun. Hanya saja, kapasitas input di dalam negeri untuk mengolah/memurnikan bauksit masih terbatas.
Selanjutnya: Strategi Sejumlah Bank Digital Tekan Laju Kenaikan Risiko Kredit Bermasalah
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (7/10) Hujan Deras, Provinsi Ini Waspada Bencana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News