Reporter: Abdul Basith | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga karet dinilai oleh Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), Moenardji Soedargo akan terus menggeliat. Penerapan pembatasan ekspor atau Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) akan meningkatkan harga karet yang sempat jatuh pada bulan November 2017 ke angka US$ 1,4 per kg.
"AETS ditujukan untuk mencegah harga terus turun," ujar Moenardji kepada KONTAN, Rabu (14/2).
Meski begitu Moenardji pun mengakui bahwa AETS yang diterapkan sejak Januari 2018 masih belum bergeliat. Hal tersebut diakibatkan waktu penerapan AETS yang belum lama.
Selain itu, faktor waktu pemberlakuan AETS yang berbarengan dengan menjelang perayaan Imlek membuat permintaan turun. Faktor hari raya Imlek menjadi pengaruh besar mengingat China meruapakan konsumen karet terbesar di dunia.
Moenardji bilang selama Imlek perdagangan di China akan berhenti sehingga permintaan turun. "Faktor Imlek membuat penjualan karet ke China sebagai konsumen terbesar berhenti," terangnya.
Namun, setelah imlek, Moenardji optimis barga karet akan kembali bergeliat. Meski begitu, harga karet rata-rata bulan Februari 2018 pada pasar global berdasarkan data pada website International Rubber Consortium (IRCo) jauh di bawah harga rata-rata bulan yang sama tahun sebelumnya.
Harga karet rata-rata bulan Februari tahun 2018 sebesar US$ 1,45 per kg. Sementara harga karet rata-rata pada bulan Februari 2017 mencapai US$ 2,19 per kg.
Kesenjangan harga itu disampaikan Moenardji dipengaruhi oleh beberapa faktor. Moenardji bilang harga saat ini tidak bisa dibandingkan dengan harga pada Februari lalu.
"Harga Februari 2017 merupakan harga pasca AETS 2016 serta musibah banjir di Thailand yang juga produsen karet terbesar sehingga produksi karet turun," jelas Moenardji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News