Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Cargil Farmer Development LeadJoko Wahyu Priadi, menyatakan setelah sukses membina petani PIR baik PIR trans maupun KKPA, saat ini membina petani swadaya di Musi Banyuasin. Petani swadaya kalau tidak dibina akan menjadi masalah besar. Proses pembinaan dimulai dari melihat skema rantai pasok kemudian menetapkan model aliran bisnis yaitu aliran TBS, alur pembayaran dan quality control.
Model kebun swadaya hindoli adalah pastikan areal bukan HPKV, dengan pengambilan titik koordinat setiap kavling, kelengkapan dokumen suplier; perjanjian kerjasama jual beli TBS dengan pembinaan, grading dan penalty , sertifikasi bekerjasama dengan IDH. “Kemitraan bukan jual beli putus. Memang tidak mudah membina petani swadaya, perlu proses tetapi asal transparan semua bisa diatasi,” katanya.
Senor Advisor Forstabi,Rukaiyah Rafik, menyatakan dalam proses pendampingan petani swadaya pemerintah punya kewenangan dalam pemenuhan standar dan legalitas, kapasitas organisasi petani dan program bantuan. Sedang perusahaan peningkatan kapasitas dan pengetahuan budidaya petani, akses pasar dan pemetaan lahan. Juga ada dana CSR dan bisa memberi bantuan kredit. Kolaborasi merupakan kunci pendampingan petani swadaya menuju minyak sawit berkelanjutan.
Baca Juga: Di tengah pandemi, budidaya jahe merah kian menguntungkan
Bungaran Saragih, pakar agribisnis menyatakan salah satu penyebab Indonesia menjadi negara produsen terbesar adalah karena peran petani baik swadaya dan PIR. Karena dulu petani sawit bergerak sendiri tanpa bantuan pemerintah, sekarang petani kelapa sawit lewat asosiasi-asosiasi harus membentuk koporasi petani. Korporasi ini siap bekerjasama dengan siapa saja. Asosiasi petani bukan kelembagaan sosial politik saja tetapi menjadi kelembagaan bisnis petani.
Sekretairs Jenderal (Sekejen) Serikat Petani kelapa Sawit (SPKS), M Darto, menyatakan saat ini yang berkembang hanya petani swadaya yaitu 0,7%/tahun. Produk petani swadaya yaitu TBS dengan berbagai cara akhirnya ditampung perusahaan besar. Dorongan pembeli untuk kelapa sawit berkelanjutan belum banyak menyentuh petani, buktinya yang bersertifikat RSPO dan ISPO hanya 0,001%.
Saat ini banyak perusahaan secara sendiri-sendiri seperti Musim Mas, Cargill dan yang lainnya membina petani. Tetapi ini tidak cukup. Harusnya ada kolaborasi semua perusahaan besar perkebunan sawit untuk membina petani.
Sawit rakyat memang berevolusi tanpa bantuan pemerintah tetapi hasilnya adalah petani dengan kemampuan SDM minim dan kelembagaan yang lemah. Negara alpa membina petani. Sekarang semua level pemerintah juga harus bekerjasama membantu petani, jangan sendiri-sendiri lagi.
Selanjutnya: Sinar Mas Agro terbitkan obligasi Rp 1,4 triliun dalam tiga seri, berikut rinciannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News