kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah diam, Idul Adha harga ayam rawan naik


Senin, 22 Agustus 2016 / 17:31 WIB
Pemerintah diam, Idul Adha harga ayam rawan naik


Reporter: Noverius Laoli, Tri Sulistiowati | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Harga daging ayam di pasaran saat ini masih stabil tinggi di kisaran Rp 33.000 hingga Rp 35.000 per ekor. Rata-rata per ekor memiliki bobot 1 kilogram (kg) atau lebih satu atau dua ons. Harga ini dinilai sudah tinggi dari harga normal sekitar Rp 28.000 - Rp 30.000 per ekor.

Sebenarnya, pemerintah sudah punya cara menstabilkan harga daging ayam. Hal ini sudah diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 26/Permentan/PK.230/5/2016 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras.

Dalam permentan ini, diamanatkan pemerintah akan menjaga stabilitas suplai dan demand ayan ras. Pemerintah juga akan melakukan pengontrolan ketat atas impor Grand Grand Parent Stock (GGPS), Grand Parent Stock (GPS), dan (PS) Parent Stock serta kepastian peternak mendapatkan suplai DOC (day old chick) dari breeder minimal enam bulan ke depan kepada pembibit.

Namun hingga kini, strategi ini belum berjalan. Pasalnya, Kementerian Pertanian (Kemtan) belum punya tim analisis untuk mengatur strategi tersebut.

Direktur Budidaya dan Perbibitan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Surachman Suwandi belum merespon pertanyaan KONTAN terkait hal ini.

Ketua Umum DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan bila pemerintah tidak segera mengendalikan suplai dan demand pasokan ayam, maka harga ayam rawan kembali bergejolak.

Ia bilang, dari pengalaman tahun 2015, menjelang Idul Adha, justru harga ayam yang bergejolak. Karena itu ia memprediksi tahun ini, tetap ada potensi kenaikan harga ayam ras hingga 40% dari rata-rata saat ini Rp 35.000 per ekor bisa naik menjadi Rp 50.000 per ekor menjelang Idul Adha.

"Kenaikan ini karena kondisi psikologis, dimana masyarakat berasumsi jelang Idul Adha itu pesta, dan harga daging mahal, sementara pada saat idul Adha ada pembagian daging gratis, makanya pilihannya jatuh pada ayam karena harganya terjangkau," ujarnya kepada KONTAN, Senin (22/8).

Karena itu, jelang Idul Adha, IKAPPI memprediksi permintaan terhadap daging ayam akan meningkat drastis, sementara permintaan terhadap daging sapi akan turun karena asumsi ada pembagian daging. Apalagi pada saat Idul Adha, para pedagang daging rata-rata tidak jualan, kecuali yang sudah ada langganan, itu pun tidak maksimal penjualan mereka.

Segera dibentuk

Sigit Prabowo Ketua Perhimpunan Peternak Unggas, bilang, pemerintaah harus segera merealisasikan tim analisa tersebut. Sigit berharap dengan terbentuknya Tim analisi tersebut bisa memberikan data dan keterbukaan suplai.

Karena menurutnya data suplai yang ada saat ini tidak jelas. "Industri ngakunya produksi sekian tapi, faktanya pada waktu panen raya harga jatuh karena," kata Sigit.

Achmad Dawami Ketua Umum Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas pesimistis, meski tim ini terbentuk, hasilnya bisa optimal. Soalnya, sampai saat ini belum dipastikan kesimpulan Tim Analisa nanti apakah benar-benar digunakan oleh pemerintah atau tidak. "Ini bisa jadi sia-sia kalau hasilnya tidak dijadikan acuan (oleh Pemerintah)," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×