Reporter: Amailia Putri Hasniawati |
JAKARTA. Produk kayu rakyat, khususnya kayu olahan, kini makin diminati pasar luar negeri. Sektor properti yang menggeliat rupanya ikut menggiring naiknya permintaan kayu-kayu untuk kebutuhan konstruksi. Itu sebabnya, Perum Perhutani yakin target penjualan kayu olahannya tahun ini akan naik lebih dari 100% dari tahun lalu.
Direktur Rehabilitasi dan Usaha Pengembangan Hutan Rakyat Perum Perhutani Tedjo Rumekso bilang, penjualan kayu olahan tahun 2009 lalu menyumbang Rp 2 miliar dari total pendapatan hasil produksi kayu dari hutan rakyat yang mencapai Rp 3 miliar.
Hingga akhir Mei 2010, total pendapatan dari penjualan kayu rakyat, baik olahan maupun kayu bulat Perum Perhutani mencapai Rp 13 miliar, dan Rp 12 miliar diantaranya merupakan kontribusi dari kayu olahan. “Jadi yang kita dorong adalah industri hilirnya karena memiliki nilai tambah dan permintaannya pun tinggi dari pasar internasional ” ujar Tedjo, akhir pekan lalu.
Negara-negara yang menyedot kayu olahan dari Indonesia diantaranya China dan Jerman, plus beberapa negara Eropa lain. Pasar anyar yang potensial dan tengah dibidik oleh Perum Perhutani saat ini adalah Timur Tengah. “Selama ini pasar Timur Tengah dikuasai China, sedangkan China ngambil produknya dari kita, kita sedang berusaha untuk merebut pasar Timur Tengah sehinggga mereka tidak perlu beli dari China lagi,” kata Tedjo.
Tedjo memperkirakan, akhir bulan Juni ini penjualan kayu olahan itu bisa dua kali lipat lebih besar ketimbang penjualan per Mei 2010. Dus, total kayu olahan yang ludes terserap di pasaran bisa mencapai Rp 24 miliar.
Tingginya permintaan kayu olahan dari pasar internasional itu bagaikan angin segar bagi pengelola hutan rakyat. Selain harga yang kian naik, kepastian pemasaran pun kian terjamin. Sebagai gambaran, sebelum ada pengembangan hutan rakyat, harga kayu sengon dijual hanya dengan Rp 100.000 per meter kubik, sekarang seiring dengan meningkatnya permintaan, harganya sudah mencapai Rp 300.000 per meter kubik.
Sekadar kilas balik, pemerintah mengembangkan hutan rakyat dan menggelar program rehabilitasi sebagai upaya untuk mengatasi lahan kritis di Pulau Jawa. Asal tahu saja, total areal lahan kritis di Jawa mencapai 900.000 hektare; dengan luasan 500.000 hektare merupakan areal hutan rakyat.
Lahan kritis milik Perum Perhutani sudah direhabilitasi 350.000 hektare sejak tahun 2005 silam melalui program penghijauan. Tahun ini, BUMN perkayuan ini menyisakan garapan 70.000 hektare untuk dihijaukan. Selebihnya, menghijaukan hutan rakyat yang sudah dimulai dengan menggandeng pemerintah daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pemerintah mematok rehabilitasi dan pengembangan hutan rakyat seluas 2 juta hektare sampai tahun 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News