Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Komitmen perusahaan ban asal Argentina Fate S.A.I.C.I untuk mengimpor 90% bahan baku karetnya dari Indonesia merupakan kabar baik bagi petani karet. Dengan rata-rata kebutuhan 18.000 ton per tahun, maka Fate berpotensi mengimpor 16.200 ton karet dari Indonesia. Diharapkan harga karet juga dapat terdongkrak dengan kehadiran Fate ini.
Ketua Umum Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) Lukman Zakaria mengatakan, kehadiran Fate bisa menmabah jumlah pemasok karet ke Indonesia. Diharapkan Fate bisa membuat harga karet naik atau setidaknya stabil. Sebagai gambaran, saat ini harga karet di tingkat petani masih di kisaran Rp 6.000 per kg- Rp 6.500 per kg.
"Tapi petani tidak bisa berharap lebih bila pemerintah masih setengah hati mendorong kenaikan harga karet petani," ujarnya kepada KONTAN, Senin (10/7).
Lukman mengatakan, seharusnya pemerintah mendorong agar petani karet membentuk kelompok tani. Kemudian memberdayakan kelompok tani dengan memberikan pinjaman dengan bunga rendah untuk membeli mesin olahan karet yang bisa memproduksi SIR 20. Bila petani bisa memproduksi karet SIR 20 dengan kadar karetnya 100% tanpa kotoran, maka harganya pasti akan naik minimal Rp 12.000 per kg.
Namun agar hal itu bisa tercapai, seharusnya pemerintah juga membuka peluang memberikan izin kepada kelompok tani untuk bisa mengekspor karet sendiri. Sebab selama ini, hanya industri pengolahan karet yang sudah mengatongi izin ekspor.
Bila hal ini direalisasikan, maka para pembeli dari luar bisa langsung membeli dari petani tanpa harus melalui industri yang selama ini meraup keuntungan besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News