Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kordinasi Kemaritiman dan Investasi menyadari betul tantangan pengembangan kilang minyak dan gas bumi (migas) tanah air, seperti perubahan investor hingga mafia migas.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Kemaritiman dan Investasi Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan investasi kilang masih sangat menarik kendati dihadapkan sejumlah tantangan.
Baca Juga: SKK Migas: Pertamina bakal mengelola Blok Rokan sesuai rencana kerja semula
"Saya masih optimis investasi kilang masih jalan kalau dikawal dengan baik. Apalagi investasi kilang (tergolong) besar. Kita berhadapan dengan mafia migas. Kalau kita kawal ini bisa berjalan dengan baik," terang Purbaya dalam diskusi virtual, Selasa (9/6).
Sayangnya, Purbaya tak merinci soal mafia migas dalam berbagai proyek kilang tanah air. Purbaya menambahkan, pada kondisi harga minyak yang fluktuatif wajar bagi sejumlah negara menarik diri dan menahan diri untuk investasi.
Baca Juga: Pengembangan energi terbarukan tetap perlu dilakukan meski ada pandemi corona
Asal tahu saja, sejauh ini Pertamina kehilangan dua calon partner untuk proyek kilangnya. Yaitu Saudi Aramco untuk proyek Kilang Cilacap dan Perusahaan migas asal Oman, Overseas Oil and Gas (OOG) untuk proyek Kilang Bontang.
Purbaya menjelaskan, masih ada sejumlah pihak yang tertarik berinvestasi untuk proyek kilang. Yang terbaru, perusahaan asal Tiongkok disebut bakal berinvestasi untuk proyek Kilang di Batam dengan investasi mencapai US$ 6 miliar hingga US$ 8 miliar. "Abu Dhabi tertarik juga di Balongan maupun Dumai. Semangat investasi di kilang masih cukup besar," tandas Purbaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News