kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah tagih janji Rusal Plc soal smelter


Rabu, 15 Januari 2014 / 15:09 WIB
Pemerintah tagih janji Rusal Plc soal smelter
ILUSTRASI. Film Me Before You, merupakan salah satu film romantis dengan cerita manis namun memiliki akhir cerita menyedihkan dan tragis.


Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Azis Husaini

JAKARTA. Kementerian Perindustrian saat ini sedang menunggu kepastian janji dan rencana investasi smelter dari beberapa perusahaan. Jani itu didapat pemerintah jika Indonesia konsisten melaksanakan larangan ekspor mineral mentah sebagaimana yang diatur oleh undang-undang No. 4 tahun 2009  tentang pertambangan mineral dan batubara.

Dirjen Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian  Benny Wahyudi mengatakan, pada tahun 2013 lalu beberapa investor memang ingin berinvestasi untuk membangun smelter di Indonesia sambil melihat konsistensi Indonesia menegakan aturan larangan ekspor bahan mentah mineral. Dengan adanya larangan ekspor mineral mentah yang berlaku sejak Januari 2014 lalu, pemerintah sedang menunggi kepastian dari investor-investor asing tersebut. " Kita tunggu beberapa minggu dan bulan kedepan, " ujar Benny Wahyudi kepada KONTAN, Rabu (15/1).

Menurut Benny, pihak yang sudah menyatakan kepastian untuk membangun smelter adalah perusahan pemurnian mineral asal Cina, Nanshan Group.  Pada Oktober 2013, Nanshan Group menyatakan pihaknya berencana membangun smelter alumina di Indonesia. Lewat anak usahanya, Shandong Nanshan Aluminium Co Ltd, Nanshan Group bakal membangun smelter alumina di Bintan Timur, Kepulauan Riau . Untuk merealisasikan proyek ini, perusahaan menamamkan modal hingga US$ 5 miliar. Pembangunannya sendiri sudah dimulai sejak Okrober 2013 lalu dan akan ditargetkan untuk selesai pada tahun 2016.

Smelter Shandong Nanshan Aluminium Co Ltd ini akan memproduksi 700.000 ton alumina, satu tahapan dari pengolahan bauksit menjadi aluminium.Kedepannya, smelter  ini akan memproduksi 2 juta ton alumina per tahun dan aluminium sebanyak 1 juta ton per tahun. Shandong Nanshan Aluminium Co juga akan membangun pelabuhan dan pembangkit listrik .

Disamping Nanshan Group, ada juga perusahan smelter asal Rusia, United Company Rusal Plc. Dalam kunjungannya pada Juni 2013 lalu, Chief Executive Officer Rusal Oleg Derispaska mengatakan akan membangun smelter pengolahan bauksit menjadi alumina di Kalimantan Barat dengan menggandeng perusahan tambang plat merah PT Aneka Tambang tbk. Nilai investasi pabrik pengolahan bauksit tersebut mencapai US$2 miliar.

Saat ini, kata Benny Wahyudi belum ada kepastian dari Rusal soal realisasi janji investasi tersebut. Sebenarnya, kata dia Rusal merasa lebih tertarik untuk berinvestasi di luar Indonesia, karena adanya masalah terkait infrastruktur dan pelabuhan di Indonesia. Namun, karena pemerintah Indonesia sudah melarang ekspor bahan mentah bauksit, Rusal tak punya pilihan lain selain membangun smelternya di Indonesia.

"Mereka datang tahun lalu, untuk melihat berbagai kemungkinan soal penegakan larangan ekspor bahan mentah mineral. Kita tinggu minggu depan atau bulan depan," terang dia. Selain Nanshan Group dan Rusal, kata Benny Wahyudi ada juga perusahan smelter asal Swiss Glencore xstrata juga tertarik untuk membangun smleter bauksit dan nikel di Indonesia Timur dengan nilai investasi total hingga US$ 1 miliar. Meski demikian, menurut Benny Wahyudi, hingga kini belum juga ada kepastian dari Glencore Xtsrata soal rencana investasinya tersebut.

Investasi dari perusahan -perusahan smelter asing ini, kata Benny Wahyudi sangat signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan penambahan lapangan kerja di Indonesia. Sebelum ada larangan ekspor bahan mentah mineral, misalnya Indonesia mengekspor 50 juta ton bauksit per tahun untuk dijadikan aluminium. Dengan adanya investasi ini, paling tidak sekitar 10 juta ton lebih sudah bisa diolah dalam negeri. "Sepengetahuan saya, Inalum Asahan saja hanya memproduksi sekitar 250.000 ton per tahun. Kalau ini 10 juta ton, maka bisa 40 kalinya," terang dia.

Tambahan pula, para investor ini tidak hanya membangun smelter tetapi juga membangun pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara. Dengan adanya PLTU batubara ini, maka batubara Indonesia bisa dipakai untuk kebutuhan smelter di dalam negeri. "Tahun lalu saja, ada 400 juta ton lebih batubara yang diekspor keluar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×