kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah targetkan pembangunan PLTS terapung capai 1,9 GW


Selasa, 16 Februari 2021 / 17:03 WIB
Pemerintah targetkan pembangunan PLTS terapung capai 1,9 GW
ILUSTRASI. Gambar rancangan panel surya?pada PLTS Terapung Cirata di kawasan Waduk Cirata, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung mencapai 1,9 GW atau 1.900 MW dalam beberapa tahun mendatang.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana mengatakan, pembangunan PLTS terapung ditargetkan di Pulau Jawa dengan memanfaatkan infrastruktur waduk dan bendungan yang dimiliki.

Rencana ini telah dimasukan dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang tengah disusun.

"Dalam RUPTL sekarang sedang disusun dan kami masukan semua yang ada di Jawa, ada waduk dan bendungan. 1.900 MW akan kami masukan untuk mendorong pemanfaatan tenaga surya," ujar Dadan dalam diskusi virtual, Selasa (16/2).

Baca Juga: Ganti pembangkit diesel, PLN akan bangun PLTS dengan total kapasitas 600 MW

Kendati demikian, Dadan masih belum merinci perkembangan terkini pembahasan RUPTL yang tengah berlangsung. Yang terang, pembangunan PLTS terapung bakal mencontoh yang telah dilakukan pada PLTS terapung Cirata.

Dadan menilai, dengan strategi ini mala bisa menekan Biaya Pokok Produksi (BPP) bahkan dibawah BPP pembangkitan Jawa.

Selain itu, pembangunan PLTS ini dinilai akan semakin optimal jika dilokasi waduk atau bendungan terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Menurutnya, dengan pembangunan seperti itu maka nantinya PLTS hanya akan digunakan saat beban puncak PLN tinggi.

"Ini tidak 24 jam karena persediaan air terbatas, umumnya pakai peaker disore hari. Kami pikirkan untuk siang logisnya akan diganti dengan PLTS jadi tingkatkan waktu operasi," jelas Dadan.

Dadan menambahkan, strategi ini dinilai tepat pasalnya harganya dinilai cukup kompetitif, selain itu perizinan lebih mudah pasalnya tidak ada pembebasan lahan yang harus dilakukan.

Sebelumnya, Kementerian ESDM mengungkapkan potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung mencapai 3.000 MW.

Menurut Dadan, potensi ini meliputi danau dan waduk yang telah memiliki pengembangan PLTA di dalamnya. "Kami sudah hitung sekitar 3.000 MW yang mirip dengan PLTS Cirata, artinya ada danau dan ada PLTA-nya," jelas Dadan pada Januari 2021 lalu.

Kendati demikian, menurut Dadan, sejatinya potensi pengembangan PLTS terapung bisa mencapai 20.000 MW namun sulit dilakukan pasalnya sebagian waduk dan danau belum dimanfaatkan untuk pengembangan PLTA.

Dadan menambahkan, pengembangan PLTS terapung yang dilakukan di waduk atau danau yang telah memiliki PLTA bertujuan untuk saling mengisi energi jika kondisi hujan atau sinar matahari dinilai kurang untuk mengisi daya PLTS.

Hal ini juga dinilai bakal memudahkan pengaturan listrik yang mudah oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Selanjutnya: Realisasi bauran EBT baru 11,31% di tahun 2020, ini upaya dari Kementerian ESDM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×