Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan tambahan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) mencapai 368,5 Mega Watt (MW) pada tahun ini.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana mengungkapkan, salah satu sektor yang diharapkan dapat menopang peningkatan ini yakni Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
"Tambahan kapasitas PLT EBT 368,5 MW tahun ini. Kemudian nanti dari sisi PLTS Atap bisa mempercepat ini," kata Dadan dalam Konferensi Pers Kinerja, Selasa (31/1).
Baca Juga: Kementerian ESDM: 223 MW Pembangkit EBT Mulai Beroperasi pada Tahun 2022
Merujuk paparan Ditjen EBTKE, total kapasitas terpasang PLT EBT tahun 2022 mencapai 12,55 GW. Capaian ini meningkat dari rencana yang ditetapkan sebesar 12,52 GW.
Dengan penambahan untuk tahun ini, maka total kapasitas terpasang PLT EBT hingga akhir tahun 2023 ditargetkan mencapai 12,92 GW.
Jika dirinci, total kapasitas yang mencapai 12,55 GW atau setara 12.557 MW ini bersumber dari energi air (6.688,9 MW), bioenergi (3.086,6 MW), panas bumi (2.355,4 MW), surya (271,6 MW) dan bayu atau angin (154,3 MW).
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengungkapkan, pengembangan PLTS pada tahun 2022 menghadapi sejumlah tantangan.
Sebagai gambaran, target penambahan PLTS pada tahun lalu sebesar 450 MW, sayangnya realisasinya kurang dari 70 MW.
"Keterlambatan PLN melelang proyek-proyek PLTS, salah satunya proyek dedieselisasi dan proyek-proyek dalam Rencana Umum Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL)," kata Fabby kepada Kontan, Rabu (1/2).
Baca Juga: Ini Alasan Kementerian ESDM Cabut Skema Power Wheeling dari DIM RUU EBET
Fabby melanjutkan, penyebab lainnya yakni implementasi Permen ESDM Nomor 26/2021 tentang PLTS Atap yang mengalami kendala. Selain itu, persoalan pasokan dan naiknya harga modul surya dipasar internasional juga ikut memberikan dampak.
Meski demikian, Fabby menilai ada peluang peningkatan pengembangan PLTS pada tahun ini. Akan tetapi, perlu ada perbaikan untuk revisi Permen PLTS Atap tersebut.
"Di luar itu kendala-kendala masih sama, yaitu ketentuan TKDN yang membuat proyek PLTS menjadi tidak bank-able," jelas Fabby.
Sebelumnya, Dadan turut menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong pengembangan pembangkit EBT.
Baca Juga: Sucofindo Raih Apresiasi Level Emas dalam Indonesia Mining Services Award
Merujuk pada RUPTL 2021-2030, diproyeksikan total tambahan kapasitas pembangkit adalah 40,575 Gigawatt (GW), dengan porsi pembangkit EBT sebesar 20,923 GW atau 51,6% dan porsi pembangkit fosil sebesar 19,562 GW atau 48,4%.
Berdasarkan jenis pembangkitnya, pembangkit dengan sumber EBT terbesar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air/Mikro/Mikrohidro (10,391 GW), kemudian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (4,68 GW), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (3,355 GW), PLT EBT Base (1,01 GW), lalu Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (0,597 GW), PLT Bio (0,590 GW), dan BESS (0,3 GW).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News