kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Optimalkan Peran Gas Bumi, Ini Alasannya


Selasa, 03 September 2024 / 18:34 WIB
Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Optimalkan Peran Gas Bumi, Ini Alasannya
ILUSTRASI. Gas bumi. REUTERS/Angus Mordant//File Photo


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang pergantian pemerintahan pada 20 Oktober mendatang, isu energi diperkirakan akan menjadi tantangan berat bagi pemerintah baru di bawah Presiden Prabowo Subianto.

Salah satu penyebabnya adalah tingginya biaya impor LPG (elpiji) yang selama ini dikonsumsi oleh jutaan rumah tangga dan pelaku usaha di Indonesia.

Berdasarkan data dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), subsidi gas sejak 2019 hingga tahun ini mencapai Rp 460 triliun.

Nilai impor LPG pada periode 2019-2023 mencapai Rp 288 triliun, sementara total subsidi gas pada periode yang sama mencapai Rp 373 triliun. Artinya, 77% dari subsidi LPG digunakan untuk mengimpor LPG.

Baca Juga: Antisipasi Krisis, Pemerintah Tetapkan 3 Jenis Cadangan Penyangga Energi

Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai bahwa besarnya subsidi energi, khususnya LPG, akan menjadi beban bagi pemerintahan baru.

Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah untuk melakukan terobosan dengan mengoptimalkan sumber daya alam domestik, seperti gas bumi yang produksinya masih sangat besar di Indonesia.

“Kami kira upaya melakukan diversifikasi sumber energi menjadi penting untuk dilakukan oleh pemerintahan yang baru nanti, terutama dalam upaya mencapai target penurunan emisi gas buang dalam beberapa tahun mendatang dan juga dalam upaya mengurangi subsidi yang relatif besar,” ujar Yusuf Rendy Manilet dalam keterangannya, Selasa (3/9).

Lebih lanjut, Yusuf menilai bahwa gas bumi akan semakin memiliki peran strategis bagi pemenuhan energi nasional di masa depan.

Selain berperan sebagai energi transisi menuju net zero emission pada 2060, gas bumi juga merupakan sumber daya yang paling banyak ditemukan di Indonesia saat ini.

“Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki cadangan gas terbesar di dunia,” tambahnya.

Baca Juga: PMI Manufaktur Agustus 2024 Kontraksi Dalam, Belum Ada Kebijakan Signifikan Industri

Salah satu aset strategis yang harus segera dioptimalkan oleh pemerintahan baru adalah perluasan jaringan gas bumi untuk rumah tangga (Jargas). Dengan memanfaatkan jaringan gas kota, pemerintah dapat mengurangi subsidi yang selama ini besar dialokasikan untuk impor LPG.

“Di sisi lain, optimalisasi gas bumi tidak hanya bisa dilakukan melalui pemasangan jaringan gas tetapi juga dengan mendorong perusahaan BUMN seperti PLN untuk menggunakan energi gas sebagai sumber pembangkit di luar batubara,” lanjut Yusuf.

Dengan demikian, penggunaan gas oleh PLN dapat menjaga daya saing harga gas nasional dan mengurangi penggunaan batubara yang dianggap kurang ramah lingkungan.

“Potensi gas bumi yang besar akan sangat disayangkan jika tidak digunakan untuk berbagai aktivitas ekonomi yang bisa mendorong pembangunan, termasuk pembangunan industri dalam jangka menengah hingga panjang,” imbuhnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×