Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Pertumbuhan industri hilir kakao terus menanjak saban tahun. Produksi biji kakao selama tahun ini diproyeksikan mencapai 500.000 ton. Seberat 380.000 ton atau setara dengan 76% dari total produksi itu, terserap pasar domestik. Melihat gairah industri kakao dalam negeri, pemodal asing pun tertarik membenamkan investasinya di Indonesia.
Penerapan bea keluar kakao yang berlaku sejak 2010 lalu telah berdampak positif bagi industri pengolahan biji kakao dalam negeri. Tahun depan, volume ekspor biji kakao diprediksi terus menyusut hingga di bawah 150.000 ton. "Bahkan, pada 2015 nanti, kami memperkirakan tidak akan ada lagi ekspor biji kakao asal Indonesia," ungkap Zulhefi Sikumbang, Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo).
Industri pengolahan biji kakao domestik memang kian menarik. Sejumlah investor mulai masuk Indonesia untuk menanamkan modalnya. Faktor inilah yang menyebabkan penyerapan biji kakao dari dalam negeri terus meningkat.
Askindo mencatat, ekspor biji kakao menunjukkan tren penurunan sejak BK kakao berlaku dua tahun lalu. Askindo juga memperkirakan volume
ekspor biji kakao tahun ini menyusut sekitar 28,57% year-on-year (YoY) menjadi hanya 150.000 ton.
Proyeksi Kementerian Perindustrian lebih ekstrem lagi. Sepanjang 2012, volume ekspor biji kakao bakal merosot 42,86% YoY, menjadi 120.000 ton. Dengan asumsi produksi biji kakao selama tahun ini mencapai 500.000 ton, maka porsi ekspornya hanya 24%, sementara 76% produksi biji kakao terserap oleh pasar dalam negeri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor biji kakao selama tahun 2011 mencapai 210.000 ton. Jumlah ini juga menurun 52,1% dibandingkan dengan ekspor sepanjang 2009 yang seberat 439.000 ton. Di sisi lain, volume ekspor kakao olahan pada 2011 mencapai 178.000 ton, melonjak 117% dibandingkan realisasi 2009 yang hanya 82.000 ton.
Perkembangan positif industri pengolahan kakao dalam negeri juga tecermin dari peningkatan kapasitas produksi. Sepanjang 2011 lalu, produksi kakao olahan Indonesia mencapai 280.000 ton, menanjak 115% ketimbang sebelum penerapan bea keluar kakao pada 2009 yang hanya 130.000 ton.
Investasi baru di industri hilir kakao bakal bertambah pada tahun depan. Hal ini diprediksi turut mendongkrak kapasitas produksi industri pengolahan kakao menjadi 400.000 ton pada tahun 2014.
Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) mencatat, bila ekspor produk olahan kakao pada 2010 lalu hanya sebanyak 120.000 ton, maka tahun ini jumlahnya diprediksi meningkat 52,17% menjadi 230.000 ton. Bahkan volume ekspor produk olahan kakao di tahun depan berpotensi menanjak 52,17% menjadi 350.000 ton.
Sindra Wijaya, Direktur Eksekutif AIKI, mengatakan, produktivitas kakao olahan Indonesia terus meningkat karena banyak investor asing yang semakin tertarik berinvestasi dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Di sisi lain, perusahaan kakao yang sempat mati suri kembali beroperasi secara normal. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News