Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Punya visi untuk menjembatani Warga Negara Indonesia (WNI) mendapatkan pekerjaan, perusahaan rintisan alias startup Gapai.id punya misi besar untuk membawa lebih banyak lagi masyarakat dalam mencari nafkah di luar negeri.
CEO Gapai.id, Radityo Susilo menceritakan bahwa startup ini didirikan sejak tahun 2022 yang dilatarbelakangi oleh tantangan besar dalam industri migrasi tenaga kerja, di mana banyak pekerja sulit mengakses informasi sekaligus mendapat proses yang aman dalam mencari peruntungan di mancanegara.
Baca Juga: Strategi Baru Startup 2025: Transparansi dan Tata Kelola Keuangan Jadi Kunci
“Melalui digitalisasi proses rekrutmen, pelatihan berbasis skill kerja, Gapai memberikan solusi berbasis teknologi yang mempercepat, mengamankan, dan meningkatkan transparansi dalam penempatan pekerja migran,” ujarnya kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.
Radityo menjelaskan, dalam menjalankan bisnis ini dirinya telah mendapatkan pendanaan seed round dengan total mencapai US$ 1 juta atau sekitar Rp 15 miliar, yang didapatkanya dari Wavemaker Partners & Antler dan beberapa angel investor.
Menurutnya, Gapai memiliki sejumlah keunggulan dalam rekrutmen tenaga kerja dengan menggunakan platform digital untuk mengelola proses rekrutmen dari screening, training, hingga dokumentasi migrasi.
Baca Juga: MDI Ventures akan Salurkan Pendanaan ke Sektor AI hingga Fintech P2P Lending di 2025
Selain itu, Gapai juga mengadopsi teknologi Artificial Intelligence (AI) Driven CV secreening dan automated document tracking untuk mempercepat proses rekrutmen dan mengurangi waktu tunggu keberangkatan.
“Kami telah bekerja sama dengan perusahaan di Hungaria, Rumania, Arab Saudi, Qatar, UEA, dan Kuwait, membuka peluang kerja untuk ribuan pekerja Indonesia,” jelasnya.
Radityo memastikan bahwa semua kandidat bakal ditempatkan pada perusahaan yang memiliki standar kerja jelas dan terverifikasi.
Terbukti, sejak awal berdiri hingga kini, Gapai berhasil memverifikasi lebih dari 15.000 pekerja Indonesia yang hendak bekerja di luar negeri. Selain itu, tercatat lebih dari 300 pekerja berhasil bekerja di enam negara.
“Dari sisi demografi, mayoritas pengguna Gapai berada dalam rentang usia 20-35 tahun, yang merupakan kelompok usia produktif dengan tingkat kesiapan kerja tinggi,” katanya.
Baca Juga: Valuasi Berpotensi Anjlok, IPO Startup Kini Malah Bikin Investor Cemas
Radityo menuturkan, layanan yang paling banyak diminati oleh pengguna Gapai adalah penempatan kerja di sektor manufaktur dan hospitality di Eropa Timur dan Timur Tengah.
Selain itu, layanan Gapai Academy, khususnya pelatihan bahasa Inggris untuk pekerja migran, juga mendapatkan respon positif.
“Dengan keterampilan bahasa yang lebih baik, kandidat memiliki peluang lebih tinggi untuk lolos dalam wawancara kerja dengan perusahaan asing,” katanya.
Di tahun 2024, lanjut Radityo, Gapai berhasil mencapai total kontrak bisnis sebesar US$ 708.000 di mana 33% telah terealisasi. Di tahun ini, Gapai menargetkan lebih dari 500 penempatan tenaga kerja di mancanegara.
Selain itu, di kuartal I-2025 ini Radityo menargetkan bisa menyelesaikan 300 Surat Izin Perekrutan (SIP). Dia bilang, Gapai juga membidik menjadi platform rekrutmen tenaga kerja migran terbesar di Asia Tenggara.
“Kami percaya bahwa dengan teknologi dan ekosistem yang tepat, Gapai dapat mempercepat mobilitas tenaga kerja Indonesia ke pasar internasional dengan lebih transparan, efisien, dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Selanjutnya: IHSG Ambruk 1,93% ke Level 6.742, Top Losers LQ45: BRPT, UNVR dan MAPA, Jumat (7/2)
Menarik Dibaca: Resep Nasi Tim Ayam Jamur dari Nasi Kemarin yang Harum dan Kaya Rasa, Bikin Ketagihan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News