kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Pendapatan alat berat turun, Intraco Penta (INTA) mulai diversifikasi bisnis


Minggu, 11 Agustus 2019 / 23:07 WIB
Pendapatan alat berat turun, Intraco Penta (INTA) mulai diversifikasi bisnis
ILUSTRASI. Alat berat PT Intraco Penta Tbk


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk (INTA) mengalami penurunan pendapatan pada semester I-2019. Meski demikian emiten penyedia solusi alat berat, tersebut kinerja bisa membaik dan tetap akan ekspansi.

Dalam laporan keuangan semester I-2019 yang belum diaudit (unaudited) pendapatan usaha INTA turun sebesar Rp 1,09 triliun. Atau turun dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,53 triliun.

Bila ditelisik turunnya pendapatan usaha akibat menurunnya penjualan alat berat. Pada periode semester I-2019, penjualan alat berat tercatat sebesar Rp 607,93 miliar atau turun dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,12 triliun.

Baca Juga: IHSG melemah, simak rekomendasi untuk saham BBRI, INTA, dan CTRA

Meski mengalami penurunan penjualan kerugian bersih INTA justru menurun menjadi Rp 52,5 miliar. Atau turun dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 110,15 miliar.

Investor Relations Strategist INTA Ferdinand D mengatakan, sudah dari awal tahun memperkirakan kinerja tahun 2019 tidak akan sebaik tahun 2018.

Hal ini akibat dari sentimen negatif sektor tambang yang masih kurang baik dan fluktuasi kondisi harga komoditas global. Salah satu contoh seperti wacana penghentian nikel mentah.

Baca Juga: Intraco Penta Siapkan Belanja untuk Alat Berat dan Pembangkit

"Kami berharap akhir tahun target penjualan dari sektor alat berat sekitar Rp 1,1 triliun jika sentimen dari sektor tambang negatif," kata Ferdinand saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (11/8).

Tahun 2018 lalu, INTA berhasil menjual 930 unit alat berat atau mencapai Rp 1,86 triliun. Naik dari periode 2017 yang hanya berhasil 628 unit atau senilai Rp 1,28 triliun.

Guna mencapai target pertumbuhan itu, Ferdinand bilang pada tahun ini INTA akan terus memperkuat pangsa pasar untuk merek-merek tertentu yang mereka miliki. INTA akan perkuat pangsa pasar merek seperti Volvo CE, SDLG, Bobcat, dan Dressta untuk klien-klien existing dan klien baru.

Baca Juga: Intraco Penta (INTA) siapkan belanja modal hingga Rp 15 miliar tahun ini

Selain itu tahun ini INTA berharap akan ada pendapatan baru dari sisi pembangkit listrik. Saat ini sudah memiliki dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Batam dan Bengkulu.

"PLTU di Bengkulu diharapkan awal tahun depan sudah bisa operasional. Itu akan jadi pendapatan lain-lain bagi INTA karena entitas asosiasi," tambahnya.

Baca Juga: INTA targetkan PLTU Bengkulu rampung tahun depan

Sebagai informasi, nilai proyek PLTU di Bengkulu berkapasitas 2x100 megawatt (MW) ini mencapai US$ 360 juta. INTA mengerjakan PLTU Bengkulu melalui anak usahanya yakni PT Inta Sarana Infrastruktur dan PT Inti Daya Perkasa, di mana INTA memegang porsi 30% pada proyek tersebut.

Sementara itu INTA juga mengandalakan pendapatan dari PT TJK Power yang mengelola PLTU Batam. Sekedar info, INTA memiliki sekitar 27% saham di PT TJK Power. PLTU berkapasitas 2x55MW ini berada di Tanjung Kasam, Batam.

PLTU tersebut dibangun di areal seluas 32 hektare pada kawasan pantai di mana telah mempunyai dermaga sendiri untuk menampung pasokan batubara. PLTU pertama yang dimiliki TJK Power tersebut telah beroperasi sejak tahun 2012.

Baca Juga: Proyeksi Bisnis Emiten Alat Berat

Selain alat berat dan pembangkit listrik, INTA memiliki lini bisnis pembiayaan yang dikelola PT Intan Baruprana Finance.Sementara untuk lini fabrikasi, INTA terlibat sebagai mitra bagi sejumlah perusahaan infrastruktur.

Tahun ini INTA mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) berkisar Rp 10 miliar hingga Rp 15 miliar.

Dana belanja modal tersebut akan digunakan untuk membiayai bisnis anak usaha, baik untuk ekspansi pengadaan alat berat maupun pengembangan proyek kelistrikan. Sumber belanja modal akan berasal dari kas internal perusahaan dan pinjaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×