kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pendapatan CMPP naik 11% tahun lalu


Rabu, 27 Februari 2019 / 16:44 WIB
Pendapatan CMPP naik 11% tahun lalu


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) pada hari ini melaporkan kinerja keuangan tidak diaudit untuk kuartal yang berakhir pada 31 Desember 2018 (4Q18) dan tahun fiskal yang berakhir pada 31 Desember 2018 (FY2018) Perseroan mencatatkan pendapatan 4Q18 sebesar Rp1,32 triliun, naik 54% year-on-year dari Rp1,02 triliun di kuartal yang sama tahun lalu.

Lebih tinggi dari biasanya pertumbuhan pendapatan didorong oleh penambahan kapasitas sebanyak 50% yang didapatkan dari pemindahan delapan pesawat yang sebelumnya dioperasikan oleh Indonesia AirAsia Extra (IAAX) kepada Indonesia AirAsia (IAA) selama kuartal tersebut.

Pertumbuhan pendapatan juga didukung oleh tingkat keterisian yang baik sebesar 82%, yang naik 3 poin persen (ppts) dan peningkatan jumlah penumpang menjadi 1,72 juta penumpang dibandingkan kuartal yang sama di tahun sebelumnya.

Dengan tingkat keterisian yang lebih tinggi, pendapatan per kursi tiap kilometer/ Revenue per Available Seat Kilometers (RASK) naik 10% year-on-year meskipun terdapat penurunan harga rata-rata sebesar 2% selama kuartal tersebut.

Sepanjang tahun fiskal 2018, Perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp4,20 triliun, naik 11% dibandingkan FY2017. Pertumbuhan pendapatan didukung peningkatan jumlah penumpang sebesar 13% menjadi 5.2 juta, seiring dengan pertumbuhan kapasitas sebesar 16% dibandingkan tahun sebelumnya.

Di tahun 2018, Perseroan menambahkan sembilan pesawat termasuk delapan pesawat dari IAAX yang disebutkan sebelumnya, yang mengakibatkan peningkatan jumlah kursi yang tersedia tiap kilometer/ Available Seat Kilometers (ASK) sebesar 10%.

Harga rata-rata turun 3% year-on-year menjadi Rp 621,530 yang disebabkan penambahan kapasitas besar-besaran sebesar 16% dan rentetan bencana alam yang silih berganti selama 2018.

Beban usaha secara keseluruhan pada FY2018 lebih tinggi disebabkan oleh pelemahan nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar AS di sepanjang tahun dan tingginya harga avtur yang tidak wajar.

Total beban avtur di tahun tersebut naik 53% dengan harga avtur rata-rata sebesar US$ 85 dibandingkan harga rata-rata pada FY2017 sebesar US$ 64 per barel. Beban usaha lainnya seperti biaya sewa, pemeliharaan dan perbaikan pesawat juga meningkat disebabkan oleh pelemahan nilai tukar Rupiah dan tambahan armada pesawat pada 4Q18.

Biaya per kursi yang tersedia tiap kiloometer/ Cost per Available Seat Kilometers (CASK) termasuk avtur meningkat sebesar 15% year-on-year menjadi Rp 625 sementara CASK tanpa avtur naik sebesar 5% menjadi Rp 414. Sebagai hasilnya, Perseroan mencatatkan kerugian sebelum pajak sebesar Rp 998 miliar untuk FY2018.

Dendy Kurniawan, Direktur Utama CMPP mengatakan tahun lalu merupakan tahun yang sangat penuh tantangan bagi operasional perusahaan ini, dikarenakan rentetan bencana alam sepanjang tahun di Bali, Lombok dan Palu.

"Bencana-bencana ini berdampak terhadap keyakinan para wisatawan, terutama asing, untuk berkunjung ke Indonesia. Profitabilitas kami juga sangat terdampak oleh meningkatnya biaya operasional, yang didorong oleh peningkatan harga minyak dunia dan pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS di sepanjang tahun," ujarnya dalam keterbukaan informasi, Rabu (27/2).

Di sisi lain, kami telah menyatukan kembali operasional kami dalam satu terminal di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta pada kuartal keempat tahun 2018, yang berdampak positif terhadap berkurangnya biaya operasional kedepannya. Pihaknya sangat optimis dapat memperbaiki kinerja Perseroan dan dapat memperbesar pangsa pasar di tahun 2019, yang tanda-tanda perbaikannya telah terlihat di awal tahun 2019.

"Tahun ini akan menjadi tahun yang baik untuk AirAsia Indonesia, terutama dengan kondusifnya lingkungan usaha yang terlihat dari penurunan harga bahan bakar dan penguatan nilai mata uang Rupiah. Kami berencana untuk membuka ‘hub’ baru di Lombok dan menambah tiga unit pesawat ke dalam armada kami sejalan dengan rencana perluasan operasi ke bagian timur Indonesia," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×