Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
Bagaimana dengan target? Manajemen enggan merincikannya, yang terang ditengah kompetisi saat ini perseroan memaksimalkan eksisting market yang telah ada. "Secara umum industri ya fokus mempertahankan pangsa pasar masing-masing," sebut Hadi.
GDST diketahui tengah melancarkan aksi merger dengan PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS), apakah hal tersebut bakal memberikan gambaran target bisnis yang baru? Hadi mengatakan, belum dapat banyak berkomentar lantaran proses merger yang belum 100% selesai.
Motivasi merger ini ialah efisiensi yang tak terlepas dari keinginan perseroan untuk meningkatkan daya saing di pasar. "Dengan efisiensi yang baik otomatis kemampuan bersaingnya bisa meningkat," kata Hadi.
Sampai semester I 2018 kemarin, kinerja perseroan tertekan dengan meningkatnya beban pokok penjualan 9,1% menjadi Rp 585. Sehingga laba kotor tergerus menjadi Rp 19 miliar, turun 72% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 68 miliar.
Setelah dikurangi dengan beban administrasi serta keuangan, GDST menorehkan minus di laba komprehensif periode berjalan Rp 26,2 miliar, anjlok dibandingkan semester I 2017 lalu yang masih meraup positif Rp 6,8 miliar.
Secara komposisi penjualan, plat baja lokal masih mendominasi yakni senilai Rp 553,5 miliar di paruh pertama tahun ini. Sedangkan sisanya penjualan waste dan plat baja ekspor masing-masing menyumbang Rp 31 miliar dan Rp 19,6 miliar bagi pendapatan bersih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News