kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pendapatan Gunawan Dianjaya Steel (GDST) turun tipis di semester I 2018


Minggu, 26 Agustus 2018 / 17:55 WIB
Pendapatan Gunawan Dianjaya Steel (GDST) turun tipis di semester I 2018
ILUSTRASI. Pabrik baja GDST


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai dengan paruh pertama tahun ini, produsen baja PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) belum mencapai pertumbuhan bisnis yang signifikan. Menilik laporan keuangan semester I 2018, penjualan perseroan tercatat sebanyak Rp 604 miliar.

Jumlah tersebut turun 0,16 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 605 miliar. Tampaknya pelemahan rupiah dan maraknya baja impor masih menjadi tantangan bagi industri.

Mengenai hal tersebut, pemerintah dikabarkan tengah menggodok berbagai upaya untuk menahan potensi limpahan impor ke dalam negeri akibat efek perang dagang. Termasuk produk baja impor, adapun salah satu caranya lewat strategi hambatan non tarif atau non tariff barriers.

Menanggapi hal itu Hadi Sutjipto, Direktur PT GDST tidak ingin berspekulasi terkait potensi dari kebijakan tersebut. "Kami belum tahu pasti kabarnya jadi tidak berani menafsirkan," katanya kepada Kontan.co.id, Sabtu (25/8).

Sebelumnya Hadi pernah mengatakan persaingan dengan baja impor di dalam negeri menjadi tantangan besar bagi industri lokal. Padahal, demand dalam negeri masih dirasakan perseroan sangat prospektif.

"Tapi karena harga minyak dunia naik terus dan baja adalah salah satu komoditas internasional harga internasionalnya ya ikut naik dan harga domestik ya ikut naik juga, disini mungkin demand agak tertekan," urainya.

Bagaimana dengan target? Manajemen enggan merincikannya, yang terang ditengah kompetisi saat ini perseroan memaksimalkan eksisting market yang telah ada. "Secara umum industri ya fokus mempertahankan pangsa pasar masing-masing," sebut Hadi.

GDST diketahui tengah melancarkan aksi merger dengan PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS), apakah hal tersebut bakal memberikan gambaran target bisnis yang baru? Hadi mengatakan, belum dapat banyak berkomentar lantaran proses merger yang belum 100% selesai.

Motivasi merger ini ialah efisiensi yang tak terlepas dari keinginan perseroan untuk meningkatkan daya saing di pasar. "Dengan efisiensi yang baik otomatis kemampuan bersaingnya bisa meningkat," kata Hadi.

Sampai semester I 2018 kemarin, kinerja perseroan tertekan dengan meningkatnya beban pokok penjualan 9,1% menjadi Rp 585. Sehingga laba kotor tergerus menjadi Rp 19 miliar, turun 72% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 68 miliar.

Setelah dikurangi dengan beban administrasi serta keuangan, GDST menorehkan minus di laba komprehensif periode berjalan Rp 26,2 miliar, anjlok dibandingkan semester I 2017 lalu yang masih meraup positif Rp 6,8 miliar.

Secara komposisi penjualan, plat baja lokal masih mendominasi yakni senilai Rp 553,5 miliar di paruh pertama tahun ini. Sedangkan sisanya penjualan waste dan plat baja ekspor masing-masing menyumbang Rp 31 miliar dan Rp 19,6 miliar bagi pendapatan bersih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×