Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Industri manufaktur dalam negeri tampaknya mulai menaruh perhatian isu lingkungan. Hal itu terlihat dari pengajuan standar ISO 14001 atau sertifikasi di sektor lingkungan hidup dan perubahan iklim yang meningkat lima tahun terakhir.
"Peningkatan tiap tahun sebesar 10%," kata Firdha Basbeth, Sales and Marketing Manager PT LIoyd's Register Indonesia yang menjalankan lembaga sertifikasi LRQA, di sela seminar Green Manufacturing, Senin (12/12).
Selain itu, banyak juga perusahaan mengajukan ISO 14064 yang lebih fokus ke masalah gas rumah kaca. Menurut Firdha, LRQA sedang menangani 8 proyek tahun ini yang telah menerima insentif dari negara maju.
Pengajuan sertifikasi lingkungan di Indonesia rata-rata 15.000 per tahun. Angka itu kalah dari Malaysia dan Filipina. Di sana, ISO bukan hanya diterapkan swasta tapi juga sekolah dan kantor pemerintah.
Hadrian Sjah Razad, Development Director PT Sucofindo mengatakan sudah menangani sertifikasi ISO 14001 bagi 100 perusahaan. "Mereka berasal dari beragam sektor seperti konstruksi, transportasi serta makanan dan minuman," kata Hadrian.
Selain tak mencemari lingkungan, dengan green industry perusahaan menghemat biaya produksi. Contohnya, PT Semen Padang mengubah gas buang jadi energi listrik sehingga menghemat Rp 33 miliar per tahun.
Kepala Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian, Arryanto Sagala mengatakan pemerintah tengah menyusun konsep green industry. Konsep itu akan masuk dalam revisi UU No.5 tahun 1984 tentang Perindustrian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News