kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pengamat: Pengganti Karen harus berintegritas


Rabu, 08 Oktober 2014 / 22:08 WIB
Pengamat: Pengganti Karen harus berintegritas
ILUSTRASI. Waspadai Dampak Kelebihan Garam Selama Kehamilan


Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Mantan Dirut PT Rekayasa Industri sekaligus mantan Komisaris PT Pertamina Triharyo Hengky Soesilo ikut mewarnai bursa kandidat Direktur Utama Pertamina. Namanya disebut-sebut menjadi kandidat yg cukup kuat untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan Karen Agustiawan itu.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Indonesia Publik Institut (IPI), Karyono Wibowo mengatakan bahwa Hengky bukanlah personal yang tepat untuk mengisi posisi strategis itu. Pasalnya, selain sosoknya yang kurang dikenal publik, Hengky juga merupakan orang yang pernah terpental dari jajaran Pertamina terkait kasus LOBP oleh PT Rekayasa Industri (Rekind).

"Dia kurang dikenal, dan sudah pernah tersandung kasus. Track record-nya tidak baik," ujar Karyono , kepada wartawan, Rabu (8/10).

Ia menegaskan, untuk posisi strategis seperti Dirut Pertamina itu jangan sampai terisi oleh personal yang tidak memiliki integritas."Pokoknya kalau bisa yang clear lah, bersih dari permasalahan hukum, korupsi dan kepentingan kelompok," ucapnya.

Sebagai informasi, saat menjabat sebagai Komisaris Pertamina, Hengki pernah tersandung kasus penyimpangan proyek Pertamina LOBP oleh Rekind, perusahaan yang pernah dipimpin Hengki sebelumnya. Proyek LOBP merupakan sebuah proyek yang mengerjakan modernisasi pabrik pencampur pelumas yang ada di daerah Gresik, Jawa Timur.

Proyek tersebut bermasalah lantaran tidak sesuai dengan rencana awal berdasarkan dokumen memorandum. Semula proyek ini ditargetkan berkapasitas 65 ribu kiloliter/tahun/shift, namun proyek tersebut hanya mampu mencapai kapasitas 58 persen dari target atau sekitar 38 ribu kiloliter/tahun/shift. Akibatnya, Pertamina mengalami kelebihan membayar sebesar Rp922,52 juta dan US$242.2 ribu. (Sanusi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×