Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
"Kalau dari komposisi penjualan di Intiland, kontribusi hasil penjualan hunian apartemen sudah lebih besar angkanya dibandingkan rumah tapak." kata Theresia pada Kontan.co.id.
Tipe apartemen untuk ukuran 22 m²-70 m² memiliki ceruk dan potensi pasar lebih besar dibandingkan apartemen dengan ukuran lebih luas karena harganya lebih terjangkau.
Sementara apartemen di atas 70 m² terutama di Jakarta dan Surabaya sangat mahal. Penyebab lainnya, menurut Theresia, perkembangan kelompok masyarakat kelas menengah yang semakin besar. Segmen di kelompok ini cenderung membutuhkan hunian yang terjangkau dengan luasan yang tidak terlalu besar namun tetap nyaman .
Dari Rp 3,3 triliun target marketing sales Intiland tahun ini, proyek mixed use dan highrise ditargetkan menyumbang kontribusi paling besar yakni Rp 2,3 triliun.
Sementara landed house hanya diharapkan menyumbang Rp 800 miliar dan sisanya dari lahan industri. "Meskipun penjualan apartemen meningkat, permintaan hunian landed saat ini juga masih sama-sama tumbuh," kata Theresia.
Sedangkan menurut Tulus Santoso, Direktur PT Ciputra Development Tbk (CTRA), pertumbuhan penjualan apartemen bisa lebih tinggi karena properti yang diminati saat ini adalah harga dibawah Rp 1 miliar. Untuk tengah kota seperti JAkarta, harga segitu ahnya bisa didapatkan di hunian vertikal.
Oleh karena itu, Tulus melihat pertumbuhan penyaluran kredit apartemen itu bukan menandakan adanya perubahan tren kebutuhan pasar secara industri. Tetapi sebelumnya, penjualan apartemen yang harganya tinggi jarang menggunakan skema KPA.
"Rumah tapak harga Rp 1 miliar sebelumnya sudah pakai skema KPR sehingga tampaknya tidak ada pertumbuhan. Sementara apartemen yang Rp 1 miliar yang menggunakan skema KPA sangat jarang sehingga tahun ini terlihat tumbuh tinggi. Sebetulnya data itu lebih karean low based saja," terang Tulus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News