kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembangan industri di Jawa Tengah berbasis padat karya dan berorientasi ekspor


Minggu, 08 April 2018 / 14:36 WIB
Pengembangan industri di Jawa Tengah berbasis padat karya dan berorientasi ekspor
ILUSTRASI. Kawasan Industri Kendal - Jababeka


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian fokus memacu pengembangan industri manufaktur di Jawa Tengah berbasis pada sektor padat karya berorientasi ekspor. Misalnya, industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, serta furnitur.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menjadi tujuan utama para investor menanamkan modalnya untuk perluasan usaha. “Misalnya saja, saya melihat di Boyolali, tingkat pengangguran di sana itu mendekati nol, karena ekspansi perusahaan-perusahaan yang begitu besar,” ujarnya.

Beberapa waktu lalu, lanjut Airlangga, terjadi fenomena industri TPT di Jawa Barat merelokasi pabriknya ke daerah lain terutama ke Jawa Tengah. “Adanya ekspansi dan investasi baru, industri TPT di Boyolali mencari tenaga kerja lebih dari 5.000 orang,” imbuh Airlangga dalam keterangan pers, Minggu (8/4).

Airlangga berharap dengan adanya Kawasan Industri Kendal, akan menarik investasi masuk. Hingga Januari 2018, kawasan terintegrasi yang diresmikan sejak November 2016 itu, telah menarik sebanyak 39 investor yang berasal dari Indonesia, Singapura, Malaysia, China dan Jepang.

Kawasan tersebut ditargetkan akan menyerap potensi investasi hingga Rp 200 triliun dan tenaga kerja sebanyak 500.000 orang. Perusahaan-perusahaan yang telah berdiri di Kawasan Industri Kendal, antara lain sektor industri furnitur, makanan, kemasan makanan, baja, label printing, dan boneka.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, nilai investasi industri manufaktur pada tahun 2015 mencapai Rp 10,7 triliun, dan ditargetkan naik 10 kali lipat menjadi Rp 104,3 triliun di tahun 2035. Selain itu, penyerapan tenaga kerja juga diprediksi meningkat, dari 3,2 juta orang tahun 2015 menjadi 6,2 juta orang pada 2035.

Hal tersebut, memperlihatkan pula bahwa industri TPT nasional pada tahun 2017 mampu tumbuh 3,45%, melonjak tajam dibanding tahun sebelumnya yang minus satu persen. Sektor ini berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain melalui penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,58 juta orang atau menyumbang 21,2% dari total tenaga kerja industri manufaktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×