kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembangan Panas Bumi di Indonesia Perlu Didorong Lewat Kemitraan


Jumat, 16 September 2022 / 11:26 WIB
Pengembangan Panas Bumi di Indonesia Perlu Didorong Lewat Kemitraan
ILUSTRASI. Pengembangan Panas Bumi di Indonesia Perlu Didorong Lewat Kemitraan. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/tom.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemitraan menjadi salah satu kunci utama pengembangan panas bumi di Indonesia. Dengan potensi yang melimpah, Indonesia berpeluang menjadi salah satu negara terdepan dalam pengembangan  panas bumi di dunia. Bahkan bukan tidak mungkin Indonesia nantinya bisa menjadi Global Geothermal Power House.

Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ahmad Yuniarto mengungkapkan, dengan jumlah potensi panas bumi saat ini maka upaya tersebut bisa terwujud. Namun, menurutnya masih diperlukan inisiatif untuk mengembangkan panas bumi.

Yuniarto menjelaskan, energi panas bumi saat ini dan ke depannya tidak hanya dipandang sebagai salah satu alternatif pembangkit listrik. Panas bumi bahkan memiliki manfaat hingga industri hilir lewat pengembangan green hydrogen. Salah satu cara untuk bisa memonetisasi potensi panas bumi secara efisien serta industri turunannya adalah dengan penerapan teknologi.

Baca Juga: Harga Beli Listrik Panas Bumi dalam Perpres 112/2022 Dinilai Belum Sesuai Harapan

"Teknologi digital membantu kita menjadi lebih efisien dalam setiap aspek penilaian sumber daya panas bumi yang berbeda," kata Yuniarto dalam keterangan resmi, Kamis (15/9).

Yuniarto menjelaskan, salah satu langkah terbaik mengembangkan panas bumi hingga ke industri turunannya adalah dengan bermitra.  PGE saat ini tengah mencari mitra untuk pengembangan panas bumi ke industri turunannya.

“Kami mencari mitra potensial yang dapat mendukung kami dalam mengakses inovasi dan teknologi," ungkap Yuniarto.

PGE, lanjut Yuniarto, memiliki target kapasitas terpasang pembangkit listrik bisa bertambah 600 Megawatt (MW) dalam lima tahun mendatang. Untuk menuju target itu dipastikan tidak akan mudah sehingga PGE kata dia secara aktif memiliki lima prinsip utama untuk tetap proaktif tumbuh dan sejalan menekan risiko yang memang tinggi di industri panas bumi.

Pronsip utama tersebut antara lain fokus mengembangkan bisnis utama PGE, memanfaatkan teknologi, membangun kerja sama strategis, pemanfaatan pembiayaan berbagai model pembiayaan yang kompetitif, serta mendesain ulang keekonomian panas bumi

Namun, tambah Yuniarto, mendesain ulang keekonomian dalam industri panas bumi tidak mudah dan merupakan pekerjaan rumah yang  harus diselesaikan bersama. Hal ini dilakukan di antara sesama perusahaan pengembang panas bumi ataupun dengan stakeholder lainnya yaitu dengan menjadikan industri panas bumi terbangun dengan lebih solid dan stabil secara keekonomian.

Yuniarto mencontohkan lingkungan industri yang sudah solid atau stabil sama seperti yang terjadi di industri migas.

"Industri migas misalnya itu sudah terbentuk dengan solid industrinya secara nilai ekonomi," kata Yuniarto.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Strategi untuk Kembangkan Energi Panas Bumi

Presiden Direktur dan CEO Supreme Energy Nisriyanto mengakui, kemitraan adalah keharusan yang harus dilakukan di industri panas bumi. Salah satunya masalah sumber daya manusia. Nisriyanto juga menggarisbawahi pentingnya membangun industri panas bumi yang lebih solid seperti halnya dengan industri migas. Pemerintah berperan penting dalam merealisasikannya.

"Memang industri panas bumi tidak sebesar migas, player-nya juga nggak sebanyak migas sehingga harus ada komitmen pemerintah untuk menggerakkan industri ini, industri tidak bergerak jauh kalau tidak dibuat secara masif. Semua industri misalkan dari sudut pengadaan misalnya casing power plant, operator yang kerjakan itu kalau selama ini kan sebagian impor," kata Nisriyanto.

Hingga akhir 2021, kapasitas terpasang PLTP baru mencapai 2.276,9 MW atau baru 9,5% dari sumber daya yang ada. Padahal, Indonesia merupakan pemilik sumber daya panas bumi terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Hingga Desember 2020, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sumber daya panas bumi Indonesia mencapai sebesar 23.965,5 MW.

AS menduduki peringkat nomor wahid untuk sumber daya panas bumi yakni mencapai 30.000 MW. Selanjutnya, Indonesia 23.965 MW, Jepang 23.400 MW, Kenya 15.000 MW dan Islandia 5.800 MW.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×