Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Penggilingan padi tidak akan membeli gabah petani bila harganya terus naik. Turunnya produksi pada masa panen kedua jadi salah satu penyebab gabah merangkak naik.
"HET beras sudah dibatasi, penggilingan tidak akan membeli kalau harga gabah mahal," ujar Sutarto Alimoeso, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) kepada KONTAN (30/8).
Hal tersebut melihat tekanan harga dari pemerintah dengan membuat Harga Eceran Tertinggi (HET) bagi beras medium dan premium. HET memberikan tekanan agar harga beras tidak dapat melebihi harga tersebut.
Harga beras medium dipatok Rp 9.450 per kilogram (kg) hingga Rp 10.250 per kg, sementara beras premium dibatasi pada harga Rp 12.800 per kg hingga Rp 13.600 per kg.
Sutarto bilang, sebelumnya beberapa penggilingan padi yang memiliki modal besar telah membeli gabah saat harga masih murah dan sekarang menjadi stok. Penggilingan padi itu bisa membeli gabah dengan harga yang mahal.
Sebelumnya Sutarto bilang bahwa ada kenaikan harga gabah. Hal tersebut disebabkan menurunnya produksi pada masa panen kedua. Menurunnya hasil panen itu dijelaskan oleh Sutarto adalah hal yang wajar.
Kondisi cuaca Indonesia yang memiliki dua musim membuat perbedaan hasil produksi mengalami penurunan. Hal itu terlihat saat ini dari naiknya harga gabah menurut Sutarto.
Namun, faktor eksternal pun mempengaruhi turunnya produksi. Salah satunya serangan hama wereng. Saat ini serangan wereng sudah terlihat di beberapa daerah.
Butuh peninjauan lebih lanjut seberapa besar dampaknya terhadap harga gabah. "Kita akan lihat hingga tiga minggu ke depan," terang Sutarto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News