Reporter: Adisti Dini Indreswari |
JAKARTA. Dengan mengusung slogan back to city, PT Agung Podomoro Land Tbk menjadi raja properti di gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Namun seiring persaingan bisnis properti yang kian ketat membuat Agung Podomoro mulai merambah bisnis hotel guna menyelaraskan pendapatan berulang (recurring income) dan penjualan proyek.
Kumpulan gedung pencakar langit dengan konsep superblok menjadi penanda Jakarta sebagai salah satu kota metropolitan dunia. Dari sekian banyak superblok di kota metropolitan ini, sebagian di antaranya adalah milik PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).
Proyek superblok terbaru milik Agung Podomoro yang beroperasi resmi awal tahun ini adalah Kuningan City di bilangan Jalan Satrio, Kuningan. Nama Agung Podomoro Land terpampang jelas di salah satu bagian gedung tersebut.
Sejak berdiri 40 tahun silam, Agung Podomoro Land memang berfokus mengembangkan superblok dan gedung pencakar langit di Jakarta. Wakil Direktur Utama PT Agung Podomoro Land, Indra Wijaya, menyatakan, hal itu tercantum dalam prospektus penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) dua tahun lalu. "Kalau sudah sukses, konsepnya bisa direplika di kota lain," ujarnya.
Tentu ada alasan kuat jika Agung Podomoro Land lebih suka membangun dengan konsep superblok. "Sinerginya bagus sekali. Dalam satu kawasan ada hunian, mal, dan perkantoran," Indra menjelaskan.
Namun, bukan berarti pengembang bisa asal-asalan membangun superblok. Menurut Indra, superblok harus punya konsep kuat, misalnya mengusung konsep ramah lingkungan. Maka itu, sejumlah proyek superblok Agung Podomoro Land menyediakan ruang terbuka sebagai salah satu fasilitas utama. Misalnya proyek Podomoro City yang memiliki areal terbuka seluas 1 hektare (ha), atau Green Bay Pluit yang areal hijaunya seluas 3 ha.
Lebih lanjut, Indra menuturkan, membangun superblok merupakan strategi untuk bisa selangkah lebih maju dari pengembang lain. Maklum, untuk membangun tipe properti ini butuh lahan luas dan pendanaan besar, sehingga tidak semua pengembang bisa menggarap.
Selain itu, konsep superblok yang berarti banyak fasilitas ini bisa mempercepat penjualan proyek properti Agung Podomoro.
Indra mencontohkan, apartemen di Podomoro City yang berlokasi di Slipi, Jakarta Barat dijual dengan harga Rp 25 juta per m2, sama dengan harga pasar apartemen di central business district (CBD). "Ternyata peminatnya banyak sekali," klaim Indra.
Sebagian besar penjualan Agung Podomoro Land tahun lalu pun ditopang oleh proyek-proyek superbloknya seperti Podomoro City, Kuningan City, Green Bay Pluit, dan Green Lake Sunter.
Imbasnya, marketing sales yang berhasil Agung Podomoro raup tahun lalu sebesar Rp 4,2 triliun. Padahal Agung Podomoro cuma memasang target cuma Rp 3,5 triliun. Artinya terjadi peningkatan 81,4% dari tahun sebelumnya.
Indra pun masih percaya diri prospek industri properti Indonesia tahun ini masih cerah, secara umum pertumbuhannya diperkirakan 10%-15%. Faktor pendorongnya adalah pertumbuhan kelas menengah yang cukup kuat.
Inilah yang menyebabkan manajemen Agung Podomoro berharap banyak pertumbuhan bisnis perusahaan properti ini bisa berada di atas rata-rata industri, yaitu berkisar 15%-20%. Indra bilang target marketing sales konservatif memang hanya tumbuh tipis dari tahun lalu menjadi sekitar Rp 4,3 triliun.
Namun, ditambah proyek-proyek baru yang sekarang masih dalam penjajakan, Indra yakin pencapaian bisa lebih tinggi lagi. "Paling tidak tumbuh 10% menjadi Rp 4,6 triliun-Rp 4,7 triliun," ujarnya.
Untuk itu, Agung Podomoro Land sudah menyiapkan 10 -15 proyek baru di tahun ini. Sebagian merupakan proyek yang benar-benar baru, sebagian lagi perluasan proyek lama seperti Podomoro City extension.
Salah satu terobosan Agung Podomoro Land tahun ini adalah langkah merambah bisnis kawasan industri. Di tahap pertama, perusahaan ini mengakuisisi PT Sumber Air Mas Pratama (SAMP) yang punya lahan 342 ha di Karawang Barat. Proyek ini diharapkan bisa berkontribusi pada perusahaan untuk jangka waktu empat-lima tahun mendatang.
Di samping itu, Agung Podomoro Land juga semakin serius mengembangkan bisnis hotel. Proyek terbarunya bernama Vimala Hills, resor seluas total 85 ha di Ciawi, Jawa Barat. Di dalam Vimala Hills kelak akan dibangun vila, townhouse, area komersial, taman rekreasi, dan hotel.
Masuknya Agung Podomoro di bisnis hotel ini, menurut Indra, untuk menyelaraskan antara recurring income alias pendapatan berulang dengan marketing sales.
Porsi recurring income Agung Podomoro memang terus bertambah, dari 5% saat baru menjadi perusahaan terbuka (2010), kini sudah menjadi 10% dari total pendapatan. "Menjual proyek sudah, sekarang waktunya menaikkan recurring income. Kompetitor juga sudah melakukan hal ini," tutur Indra.
Setelah sukses di dalam negeri, Agung Podomoro Land rupanya belum tertarik melebarkan sayap ekspansi ke mancanegara. "Pasar di negeri sendiri masih besar sekali dan belum tergarap," Indra menjelaskan alasannya.
Back to the city
Strategi Agung Podomoro Land dalam jangka panjang adalah akan masuk ke kota menengah (secontier city) yang menyimpan potensi bisnis yang tidak kalah dengan kota besar. Hanya saja, Indra mengaku perusahaannya tidak akan agresif menjalankan rencana tersebut. Saat ini Agung Podomoro Land memang masih terfokus membangun properti di kota-kota besar seperti Jakarta, Karawang, Bandung, Bali, dan Makassar.
Yang terbaru, Agung Podomoro Land baru saja merangsek ke Balikpapan dengan mengakuisisi PT Pandega Citraniaga (PC) selaku pengelola Mal Plaza Balikpapan.
Kesuksesan Agung Podomoro Land tidak lepas dari peran Trihatma Kusuma Haliman sebagai Presiden Direktur Agung Podomoro Land, sekaligus pemilik perusahaan ini. Menurut Indra, Trihatma merupakan pionir kampanye back to the city. Filosofinya, daripada memilih hunian di pinggiran kota dan bergelut dengan kemacetan setiap hari, pindah saja dan tinggal di apartemen di tengah kota. "Visi beliau sangat kuat untuk melihat peluang di pasar," tutur Indra.
Bukan hanya melihat peluang, Agung Podomoro Land juga mampu membangun proyek dengan cepat. "Waktu melantai di bursa dua tahun lalu, saya bilang mau membeli tanah untuk apartemen di Sunter. Sekarang semua unitnya sudah terjual habis," tutur Indra yang mengklaim sudah menguasai 52% pangsa pasar apartemen Jakarta. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News