Reporter: Maria Rosita | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pengusaha jamu Indonesia berusaha mengejar pencapaian target penjualan tahun ini dengan berbagai langkah. Salah satunya dengan memacu ekspor. Menurut Charles Saerang, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia, produsen jamu melihat pasar asing makin potensial untuk ditembus.
Charles mencatat nilai penjualan jamu mencapai Rp 10 triliun sepanjang tahun lalu. Menurut dia, sekitar Rp 1 triliun atau 10% di antaranya bersumber dari ekspor. Adapun gabungan pengusaha jamu menaksir penjualan tahun ini meningkat 10% atau mencapai Rp 11 triliun - Rp 12 triliun, dengan nilai ekspor di atas Rp 1,2 triliun.
Charles menjelaskan, sebenarnya peningkatan yang terlihat di paruh pertama 2011 baru 3%. Penjualan semakin baik di semester II. "Faktor pendukungnya yaitu siklus panen di periode Juli - Desember," ujar Charles kepada KONTAN, Jumat (26/8).
Nah, Charles berujar produsen jamu bakal berlomba menggenjot produksi untuk kemudian diekspor. Menurut dia, lantaran terjadi resesi, ekspor ke Eropa kurang mendukung diminati. Alhasil China, Thailand, Kamboja, dan kawasan Asia Tenggara, jadi sasaran produsen jamu. Afrika Selatan pun, ikut dilirik.
"Thailand dan Kamboja prospeknya bagus. Kalau Afrika kita tawarkan produk pelangsing tubuh, sebab warga Afrika dikenal gemar karbohidrat dan terserang kolesterol," ujarnya.
Charles menjelaskan ekspor fokus pada produk aromatherapy dan produk berbahan baku unggul seperti Yaitu, temulawak, sambiloto, pegagan, jahe, hingga kencur. "China mudah-mudahan bagus karena mereka tidak punya tanaman asli temulawak dan jahe," terus Charles.
PT Sido Muncul pun berniat menambah tujuan ekspor jamu ke China. Selama ini produsen merek Tolak Angin itu ekspor ke Hongkong, Filipina, Malaysia, Nigeria, dan Timur Tengah. Irwan Hidayat, Direktur Utama Sido Muncul, menargetkan pada semester II ini label perusahaannya sudah dipasarkan di Negeri Tirai Bambu.
Sido Muncul memproduksi sedikitnya 1.200 ton jamu saban bulan. Adapun sekitar 6% atau 72 ton di antaranya untuk diekspor setiap bulan. Irwan berniat terus meningkatkan kapasitas pabrik yang baru terpakai 66% itu demi menggenjot ekspor jamu.
Mulyo Rahardjo, Direktur Pengelola PT Deltomed Laboratories, mengatakan, pihaknya juga bakal memperluas areal distribusi dalam negeri dan luar negeri. Itu berlaku untuk seluruh produk Deltomed bermerek Antangin JRG, OB Herbal, Srongpas, Tuntas, dan Rapet Wangi. Selama ini Deltomed mengekspor ke Asia Tenggara, Arab, dan Hongkong. "Tahun ini kita penjajakan jamu untuk perempuan dan masuk angin ke Afrika," ucap dia.
Mulyo memaparkan, volume ekspor per bulan Deltomed mencapai 52 ton - 78 ton. Itu berkisar 10% - 15% dari total produksi per bulan sebanyak 520 ton. Deltomed mengoperasikan dua pabrik seluas 20 hektare di Wonogiri dan Tawangmangu, Jawa Tengah.
Semester II ini perusahaan akan meningkatkan kapasitas produksi hingga 20%-25%. Selain karena menelurkan produk baru di semester pertama, peningkatan itu untuk memacu ekspor ke Asia. Jika mulus, volume produksi Antangin cs melaju antara 65 ton - 97,5 ton jamu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News