kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penjualan benang Ricky Putra kusut


Rabu, 26 Juli 2017 / 13:31 WIB
Penjualan benang Ricky Putra kusut


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Lesunya industri tekstil telah menjerat produsen benang PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Akibatnya, emiten berkode saham RICY di Bursa Efek Indonesia ini harus menurunkan kapasitas produksi benang.

Direktur Ricky Putra Globalindo Tirta Heru Citra mengatakan, kapasitas produksi sudah diturunkan sebanyak 25% sejak 3 Juli tahun ini. "Awalnya produksi dapat mencapai 4.800-5.000 bales (1 bale = 181,44 kg) yarn per bulan. Sekarang hanya 3.000 bales yarn per bulan," kata Tirta, saat dihubungi KONTAN, Senin (24/7).

Penurunan permintaan benang oleh pihak ketiga menyebabkan Ricky Putra memaksimalkan penggunaan benang produksinya untuk kebutuhan internal. Pasokan benang akan lebih dikonsentrasikan ke sektor garmen milik perusahaan ini.

Imbas penurunan produksi, Ricky Putra terpaksa merumahkan sebanyak 200 karyawan. Saat ini Ricky Putra tercatat memiliki dua pabrik di Cicalengka, Bandung dengan kapasitas produksi 60.000 bales yarn per tahun dan pabrik di Citerup, Bogor yang memproduksi 30.000 potong pakaian dalam pria.

Demi menekan biaya produksi yang semakin tinggi, Ricky Putra akan fokus di industri garmen. Selain itu, guna melakukan efisiensi usaha, Ricky Putra tengah melakukan penjajakan bisnis ke Tegal, Jawa Tengah.

Produsen pakaian dalam merek GT Man ini telah menyewa pabrik garmen di Kota Bahari tersebut, dengan nilai investasi kurang dari Rp 1 miliar. "Kami mengambil mesin cadangan sebanyak 300 unit dari Bogor kemudian dipasang untuk produksi celana dan pakaian dalam di Tegal," kata Tirta.

Asal tahu saja, tingginya Upah Minimal Provinsi (UMP) di beberapa wilayah khususnya di Jawa Barat (Jabar) telah dikeluhkan kalangan industri termasuk Ricky Putra. Tak heran, akibat kondisi ini, banyak perusahaan berpikir untuk hengkang ke daerah yang masih terjangkau dari sisi perhitungan upah.

Sebagai gambaran, UMR Jawa Tengah dinilai jauh lebih rendah ketimbang di Jawa Barat. Di Jawa Barat, besaran UMP yang ditetapkan pemerintah dapat mencapai Rp 3 juta per bulan. Sedangkan di Jawa Tengah berada sekitar Rp 2 juta per bulan.

Walau pada awal tahun ini penjualan benang Ricky Putra masih kusut, perusahaan ini belum mengubah target pertumbuhan pendapatan sebesar 10% di 2017. Sampai kuartal I-2017, penjualan pakaian dalam Ricky Putra sebesar Rp 117 miliar atau berkontribusi 39% dari total pendapatan. Penjualan pakaian dalam masih didominasi pasar domestik, sebesar 85%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×