kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan Benih Sawit 2014 Tetap Stagnan


Jumat, 07 Februari 2014 / 07:10 WIB
Penjualan Benih Sawit 2014 Tetap Stagnan
ILUSTRASI. Honda All New BR-V terjual 2.534 unit di Agustus 2022


Reporter: Handoyo | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. Forum Komunikasi Produsen Benih Sawit Indonesia (FKPBSI) memperkirakan penjualan benih sawit tahun 2014 ini stagnan yakni hanya sekitar 120 juta butir kecambah seperti 2013.

Tony Liwang, Sekretaris Jenderal FKPBSI  yang juga Direktur Dami Mas mengatakan, minimnya ekspansi lahan tertanam baru (replanting) oleh perusahaan perkebunan sawit menjadi pemicu stagnasi penjualan benih sawit pada tahun ini. "Saya tidak yakin ada kenaikan penjualan lagi tahun ini," kata Tony, Rabu (5/2).

Hambatan lain ialah kebijakan moratorium lahan gambut dan pembatasan konsesi lahan hutan seluas 100.000 ha per grup perusahaan. "Ini  turut mengerem penjualan benih sawit tahun ini," kata Tony kepada KONTAN. Sekadar informasi, Kementerian Kehutanan telah membatasi luas lahan konsesi hutan industri sebesar 50.000 ha kepada satu perusahaan di luar Papua, dan 100.000 ha di Papua, mulai Januari 2014.

Saat ini ada 10 produsen benih sawit domestik, yakni Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Socfin Indonesia, London Sumatera (Lonsum), Bina Sawit Makmur (Sampoerna Agro), Dami Mas (Sinar Mas Agro Resources and Technology), Tunggal Yunus Estate (Asian Agri Group), Tania Selatan (Wilmar International), Bakti Tani Nusantara, Sarana Inti Pratama (Salim Grup) dan Sasaran Eksan Mekarsari (Mekarsari).
Selama ini, penjualan benih sawit PPKS dipasarkan ke perusahaan perkebunan dan petani plasma. Sekitar 30% benih sawit PPKS dibeli oleh petani rakyat, sementara sisanya dibeli oleh perusahaan perkebunan sawit swasta dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN).

Lantaran penjualan benih sawit diprediksi stagnan, tahun ini para produsen benih lokal tak memasang target yang muluk-muluk. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) misalnya, tahun ini memperkirakan penjualan benih sawitnya hanya 30 juta benih, sama seperti 2013.

Witjaksana Darmosarkoro, Direktur PPKS bilang, kebutuhan benih sawit domestik mencapai 120 juta benih per tahun. Sementara, produsen benih mencapai 10 perusahaan. Makanya, "Dengan volume penjualan 30 juta benih saja  itu sudah bagus," katanya.

Dami Mas sendiri, kata Tony, memproyeksikan penjualan benih sawit tahun ini sekitar 18 juta butir kecambah, turun dari sekitar 20 juta butir pada 2013.

Sekadar informasi, untuk menanam satu hektare (ha) lahan sawit,  dibutuhkan benih sebanyak 200 butir kecambah. Artinya, bila tahun ini penjualan benih sawit domestik sekitar 120 juta butir kecambah, maka luas penambahan areal tertanam baru diprediksi hanya 600.000 ha.

Di tengah pertumbuhan penjualan yang masih jalan ditempat, produsen benih sawit lokal juga terhimpit oleh benih sawit impor dari Malaysia, Thailand, dan Papua Nugini. "Padahal produksi benih sawit di dalam negeri sudah over supply," ujar Tony.

Catatan saja, total kapasitas produksi benih sawit dari 10 produsen benih sawit lokal mencapai 200 juta butir kecambah per tahun. Namun, selama ini produksi benih sawit lokal tak bisa mencapai kapasitas terpasang lantaran penjualan yang minim.

Meski tidak merinci, Tony bilang tahun lalu volume impor benih sawit sekitar 6 juta butir kecambah. Benih ini biasanya diimpor oleh perusahaan perkebunan asing yang punya lahan di Indonesia.

Himpitan lain ialah penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI). FKPBSI menilai rencana  ini akan memberatkan produsen karena akan menambah biaya. "SNI harus berlaku juga bagi benih sawit impor," tutur Tony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×