kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.415.000   -13.000   -0,54%
  • USD/IDR 16.600   -6,00   -0,04%
  • IDX 8.089   173,32   2,19%
  • KOMPAS100 1.119   28,59   2,62%
  • LQ45 796   23,97   3,10%
  • ISSI 285   3,86   1,37%
  • IDX30 415   14,34   3,58%
  • IDXHIDIV20 470   17,22   3,80%
  • IDX80 124   2,97   2,46%
  • IDXV30 133   4,48   3,48%
  • IDXQ30 131   4,31   3,39%

Begini Mengukur RON BBM, Ada Mesin CFR Standar Global Di Setiap Lab Kilang Pertamina


Senin, 20 Oktober 2025 / 11:50 WIB
Begini Mengukur RON BBM, Ada Mesin CFR Standar Global Di Setiap Lab Kilang Pertamina
Mesin Cooperative Fuel Research (CFR) berstandar global untuk mengukur RON BBM di Kilang Pertamina. Foto: DOK Pertamina


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai perusahaan yang mengolah produk bahan bakar minyak (BBM) buka suara atas maraknya informasi hoax di sosial media soal kualitas produk BBM di SPBU Pertamina.

Untuk mengukur Research Octane Number (RON) produk BBM tidak bisa memakai asumsi dan alat portabel, melainkan memakai disiplin ilmu pengetahuan dan mesin berstandar global. 

Cara kerjanya adalah, jika oktan BBM ingin dinaikan dari RON 90 ke RON 92 maka harus ada proses blending yang memerlukan kemampuan disiplin ilmu kimia yakni mencampur produk satu dengan produk lainnya sehingga RON menjadi naik.

Kemudian, untuk urusan mengukur besaran RON produk BBM juga mesti memakai ilmu matematika karena berhubungan dengan angka pasti yang tidak bisa dimanipulasi lantaran tercatat dalam mesin pengukur ketika terjadi blending.

Sayangnya, fenomena pengukuran memakai alat portabel yang dipertontonkan di sosial media malah dipercaya oleh sebagian masyarakat. Padahal, untuk mengukur RON produk BBM banyak disiplin ilmu pengetahuan yang mesti dilalalui kemudian masuk ke labolatorium kilang.

Dengan upaya pengukuran melalui standar yang ketat dan menggunakan disiplin ilmu pengetahuan tersebut, Pertamina menegaskan bahwa kualitas produk BBM yang diproduksi diuji secara ketat telah memenuhi spesifikasi standar. 

Pengukuran RON dan kualitas BBM dilakukan di semua Kilang Pertamina. Sekadar informasi, Pertamina memiliki enam kilang, yakni Refinery Unit IV Cilacap di Jawa Tengah, Refinery Unit II Dumai, di Riau, Refinery Unit III Plaju di Sumatera Selatan, Refinery Unit V Balikpapan di Kalimantan Timur, Refinery Unit VI Balongan di Jawa Barat, Refinery Unit VII Kasim di Papua Barat.

General Manager Refinery Unit IV Cilacap PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Wahyu Sulistyo Wibowo mengatakan, Kilang Cilacap memproduksi semua produk BBM yang dijual SPBU, mulai dari Perta Series, solar, avtur dan yang terbaru adalah Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar pesawat terbang berbahan minyak jelantah. 

Katanya, sebelum dijual ke PT Pertamina Patra Niaga pengelola SPBU, produk-produk BBM tersebut diuji terlebih dahulu di laboratorium internal Kilang Cilacap. Pengujian tersebut termasuk dalam menentukan Research Octane Number (RON) pada BBM. 

Ia menyampaikan, pengujian dilakukan menggunakan mesin CFR (Cooperative Fuel Research) yang merupakan alat standar internasional yang digunakan untuk menguji ketahanan bahan bakar terhadap knocking (detonasi), terutama untuk menentukan angka oktan (RON) dan angka setana (Cetane Number). 

Wahyu menjelaskan, mesin pengukur RON BBM yang digunakan di Kilang Cilacap digunakan juga oleh perusahaan internasional lain dalam mengukur standarisasi atau RON produk BBM di dunia. Alhasil alat ukur RON tersebut tidak akan berbeda jika dilakukan pengukuran. 

Harga satu mesin tersebut berkisar Rp 2 miliar dan Labolatorium Kilang Cilacap memiliki empat mesin untuk mengecek RON sebuah produk BBM. 

“Mesin ini bekerja dengan mensimulasikan kondisi pembakaran di dalam mesin kendaraan, termasuk tekanan, suhu dan rasio kompresi yang dikontrol secara ketat, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memastikan kualitas bahan bakar sesuai standar,” ujar Wahyu, dalam keterangannya akhir pekan ini.

Ia menambahkan, semua produk yang diuji dalam laboratorium dipastikan dengan kualitas baik, bahkan bisa melebihi spesifikasi standar yang ditetapkan regulator.  Wahyu mencontohkan, untuk BBM jenis Pertalite dengan RON 90, dalam pengujian di laboratorium hasil RON yang muncul di alat bisa mencapai RON 90,1 atau RON 90,2. 

Jika angka yang muncul di bawah standar RON 90 maka pengujian dilakukan lagi dari awal dengan koordinasi pada pengelola kilang hingga hasilnya sesuai.

“Jadi RON serendah-rendahnya adalah RON 90 sesuai standar, tidak boleh kurang tapi bisa di atasnya. Kami tidak pernah menjual BBM ke masyarakat dengan spesifikasi lebih rendah dari yang ditentukan,” ungkap Wahyu.

Dengan pengukuran yang sangat akurat dan dijaga ketat, ia meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas BBM yang diproduksi oleh Kilang Pertamina International. 

Wahyu menjelaskan semua produk BBM tersebut telah diolah dengan pengawasan ketat, untuk memastikan kualitasnya paripurna sebelum didistribusikan. “Semua produk yang kami hasilkan terjamin kualitasnya, sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan sehingga aman untuk digunakan masyarakat,” tandas Wahyu.

Selain pengujian di laboratorium internal, BBM yang diproduksi oleh KPI juga diuji dilaboratorium eksternal, sebagai bentuk pengendalian mutu yang berkelanjutan. 

Salah satunya, pengujian dilakukan di Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (BBPMGB) LEMIGAS yang merupakan laboratorium independen, pada periode Agustus-September lalu.

Wahyu mengatakan, hasil pengujian tersebut menunjukkan kalau semua produk BBM olahan KPI memenuhi spesifikasi yang telar disyaratkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

Adapun produk yang diuji di LEMIGAS diantaranya BBM jenis Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Pertadex, Biosolar dan Avtur atau bahan bakar pesawat terbang. “Hasil pengujian ini membuktikan kalau proses pengolahan di KPI tetap optimal dan menghasilkan produk energi yang sesuai dengan standar nasional,” ungkap Wahyu.

Sementara itu, Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun mengatakan, beredarnya hasil pengujian Research Octane Number (RON) bahan bakar minyak (BBM) dengan menggunakan alat portable adalah hoax. “Metode tersebut tidak dapat dijadikan dasar pengujian resmi untuk menentukan angka oktan suatu BBM,” kata dia di Jakarta.

Seluruh SPBU Diaudit

Meski demikian, Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun bilang Pertamina Patra Niaga akan melaksanakan audit menyeluruh terhadap sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), meliputi seluruh SPBU yang dikelola Pertamina maupun SPBU yang dikelola mitra swasta di seluruh Indonesia.

Audit ini telah dilakukan Pertamina sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini untuk menjaga konsistensi pelayanan BBM di SPBU kepada masyarakat. 

Audit dilaksanakan oleh lembaga independen internasional yang berbeda-beda sesuai dengan periode kontrak dimana perusahaan yang pernah melakukan audit SPBU Pertamina diantaranya Bureau Veritas, TUV Rheinland, dan Intertek Group PLC. 

Lembaga independen auditor internasional menilai kesesuaian operasional SPBU Pertamina Patra Niaga berdasarkan standar global. Pemeriksaan mencakup berbagai aspek penting, mulai dari teknis dan administrasi hingga aspek keselamatan dan pelayanan pelanggan.

Dalam prosesnya, tim auditor independen ini meninjau kelengkapan dokumen operasional seperti checklist harian, pencatatan stok, kualitas BBM, dokumen pengiriman dua periode terakhir, serta sistem penggajian dan penghargaan petugas. 

Selain itu, audit juga meliputi pengecekan sistem keamanan dan infrastruktur SPBU termasuk rekaman CCTV selama satu bulan terakhir, panel listrik, tombol darurat (Emergency Stop Button), hingga kesiapan genset cadangan.

Untuk tampilan fisik SPBU, Auditor juga melakukan pemeriksaan dan penilaian terkait visual area SPBU, mencakup kebersihan dan kerapian plang serta totem SPBU, serta kondisi area bongkar BBM yang harus selalu kering dan aman. 

Aspek keselamatan juga tidak ketinggalan menjadi fokus utama melalui pengecekan alat pemadam api ringan (APAR), rambu keselamatan, oil catcher sebagai penampung limbah minyak, serta oil spill kit di setiap pulau pompa.

Untuk menjamin kualitas dan ketepatan takaran BBM, dilakukan pengujian tera, pengukuran suhu, dan densitas sesuai standar ASTM (American Standard Tables for Measurement). 

Tim auditor independen ini juga memastikan keabsahan segel metrologi pada dispenser serta memastikan tidak ada modifikasi non-standar. 

Dari sisi layanan, audit turut menilai kesiapan operator dalam mengikuti SOP, termasuk kerapihan seragam dan interaksi dengan pelanggan sebagai bagian dari evaluasi customer experience.

Roberth menegaskan bahwa audit lapangan ini merupakan wujud nyata komitmen perusahaan dalam menjaga mutu dan kredibilitas layanan energi nasional. 

“SPBU adalah wajah Pertamina Patra Niaga di mata publik. Melalui audit bersama lembaga independen, kami memastikan setiap titik layanan beroperasi dengan prinsip integritas, akurasi, dan keselamatan tinggi. Kami ingin memastikan SPBU Pertamina selalu menjadi tempat yang memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan,” ujar Roberth.

Ia menyatakan bahwa kegiatan audit ini merupakan bagian dari program evaluasi berkala yang dilakukan Pertamina Patra Niaga di seluruh jaringan SPBU, baik yang dikelola langsung oleh Pertamina maupun oleh mitra swasta. 

“Hasil asesmen akan menjadi dasar bagi perbaikan berkelanjutan agar setiap titik layanan mampu memberikan energi yang tepat, aman, dan terpercaya bagi masyarakat,” ungkap Roberth.

Selanjutnya: Li Chenggang Dicopot! Ini Alasan di Balik Pergantian Utusan WTO China

Menarik Dibaca: Promo J.CO Sweet Twist 20-31 Oktober, Paket 1/2 Dozen Donuts + J.COOL Cuma Rp 90.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×