Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi produk elektronik dan peralatan rumah tangga (home appliances) harus menyusut seiring melemahnya permintaan di pasaran akibat wabah covid-19 ini. Pelaku industri terancam mengurangi karyawannya jika kondisi terus memburuk.
Soal suplai komponen bahan baku yang rata-rata dari impor, menurut Oki Widjaja, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Industri Elektronika dan Alat-Alat Rumah Tangga (Gabel) sudah bukan problem utama lagi. Sebelumnya suplai komponen sempat terhambat dari China, namun saat ini secara berangsur mulai normal setelah negara tersebut melonggarkan pengetatan aktivitas industrinya.
Baca Juga: Ada pembatasan sosial, ShopeePay mulai bidik transaksi Ramadan
"Saat ini masalahnya ada di demand. Produk elektronik selalu menjadi kebutuhan sekunder, penjualan di pasaran saat ini bisa turun di bawah 50%. Meski komponen banyak, tapi kalau pasarnya tidak ada juga sulit," ungkap Oki kepada Kontan.co.id, Senin (13/4).
Perluasan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jabodetabek juga memukul industri ini. Oki menyebutkan, meski pabrik tetap bisa berjalan namun pembatasan lalu lintas manusia di area tersebut membuat sulit pekerjaan tim marketing produk elektronik.
Sehingga, di tengah lemahnya permintaan kinerja penjualan produsen juga terhambat lewat pembatasan gerak tersebut. Dari sisi produksi, Oki pastikan saat ini anggotanya belum ada yang sampai tutup total ataupun sementara.
Hanya saja dikarenakan demand yang lemah dan pencegahan penyebaran covid-19, maka rotasi dan pembatasan waktu kerja dilakukan. Sebagai contoh, beberapa pabrik hanya mempekerjakan setiap pegawainya selama dua hari dalam satu minggu.
Baca Juga: Kemenperin minta industri kantongi surat Izin ketika beroperasi saat PSBB
Otomatis produksi tahun ini bakal mengalami penurunan, yang mana belum dapat dirincikan oleh Gabel. Pengupahan kepada pekerja di pabrik juga mengalami hambatan, lantaran cashflow pelaku industri yang menipis.
Perusahaan tetap mengusahakan mempekerjakan pegawainya, kata Oki, tapi kalau dua bulan ini sulit melakukan penjualan maka satu bulan berikutnya menjadi periode maksimal pabrik memberikan gaji di tengah kembang-kempisnya arus kas. Pada saat itu diperkirakan pemutusan hubungan kerja (PHK) tak terelakkan.
Padahal jumlah kerja di sektor ini mencapai 500.000 pekerja, dan jutaan lainnya yang berhubungan dengan industri pendukung elektronik seperti komponen dan bisnis lainnya. Adapun rencana pemberian stimulus oleh pemerintah dengan merelaksasi perpajakan belum dirasakan realisasinya oleh pelaku industri.
Oki mengusulkan, untuk langkah cepat, sebaiknya pemerintah dapat mengembalikan uang muka pajak penghasilan (PPh) khususnya terkait penjualan ekspor. "Tahun ini kami pasti merugi, jadi kalau ada dana tersebut alangkah baik untuk membantu cashflow perusahaan," katanya.
Baca Juga: PSBB berlangsung, industri turunkan aktivitas produksi dan sebagian tutup pabrik
Selain itu Gabel berharap ada keringanan untuk pembayaran energi listrik, dimana Perusahaan Listrik Negara (PLN) dapat mereview ulang abonemen untuk pelaku industri tanah air. Tahun lalu, pertumbuhan industri elektronik di Indonesia menurut Gabel sangat positif mencapai 12% year on year (yoy).
Bahkan di awal tahun ini, para pelaku industri sempat membidik pertumbuhan hingga dobel digit di 2020. Namun sejak corona menghantam Indonesia, Gabel belum melihat peluang positif sampai akhir tahun ini dan diperkirakan penjualan tahun ini cenderung turun dibandingkan tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News