kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penjualan elektronik di kuartal I Rp 7,64 triliun


Jumat, 09 Mei 2014 / 11:31 WIB
Penjualan elektronik di kuartal I Rp 7,64 triliun
ILUSTRASI. Pelepasan ekspor baja produksi PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) di Cikarang, Kabupaten Bekasi (21/3/2022).


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Meski dihantui oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, pasar elektronik di Indonesia masih menggigit. Tahun ini, Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) memproyeksikan penjualan elektronik bakal tumbuh 10%.

Pada kuartal pertama tahun lalu, omzet produk elektronik mencapai Rp 7,64 triliun. Dengan menggunakan target Gabel, artinya di Januari-Maret 2014 ini, penjualan elektronik mencapai Rp 8,4 triliun. "Asosiasi tetap optimistis ada pertumbuhan karena perekonomian nasional masih tumbuh dan penetration rate masih di bawah 100%," ujar Ali Soebroto, Ketua Gabel kepada KONTAN, Rabu (7/5).

Kendati demikian, pertumbuhan tahun ini sedikit lebih lambat dari tahun lalu. Pada kuartal pertama 2013, penjualan elektronik meningkat hingga 13,78% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 6,71 triliun.

Menurut Ali, penjualan home appliances masih tetap mendominasi. "Komposisi tidak berubah dari tahun lalu," kata Ali. Berdasarkan data Gabel, kuartal I-2013, penjualan paling tinggi adalah televisi dan lemari es. Dua produk tersebut menyumbang penjualan hampir 60% atau sekitar Rp 4,48 triliun. Sisanya adalah peralatan listrik rumah tangga, seperti air conditioner (AC), dan mesin cuci

Sepanjang tahun 2013, penjualan elektronik di Indonesia mencapai Rp 38,5 triliun. Sampai akhir 2014, omzet industri elektronik diperkirakan bisa tembus hingga Rp 42,35 triliun.

Selain depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, kinerja industri elektronik bisa terhambat lantaran kenaikan tarif dasar listrik. Ali memperkirakan, kenaikan tarif dasar listrik bisa memicu peningkatan harga elektronik. Namun, industri tak bisa mengerek harga terlalu tinggi. Jika kenaikan harga tinggi, konsumen menunda pembelian. "Supaya bisa tumbuh 10%, industri harus menentukan harga yang pas bagi konsumen," kata Ali.

Salah satu toko elektronik yang melantai di bursa, PT Electronic City Indonesia Tbk berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan 19,99% di kuartal pertama ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sampai Maret, emiten berkode saham ECII berhasil meraup penjualan sebesar Rp 461,29 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×