Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Toyota Astra Motor (TAM) menilai penurunan penjualan Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) atau Low Cost Green Car (LCGC) tidak berkaitan dengan kemunculan battery electric vehicle (BEV) yang harganya kompetitif. Manajemen menyakini LCGC memiliki pasar tersendiri.
Head of Public Relation TAM Philardi Sobari menyebutkan, pada Januari–Agustus 2025 pihaknya berhasil menjual 30.000 unit LCGC secara ritel, turun kisaran 8% secara year-on-year (yoy).
Memang, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan ritel mobil LCGC nasional anjlok 27% yoy menjadi 88.358 unit pada periode yang sama. Dus, pangsa pasarnya pun turun jadi hanya 16,92% dari total penjualan mobil, padahal dalam periode yang sama tahun lalu kontribusinya masih 20,73% dari total penjualan mobil.
Baca Juga: Toyota Indonesia Ukir Sejarah, Ekspor Mobil CBU Segera Sentuh 3 Juta Unit
Menurut Sobari, penurunan penjualan LCGC erat kaitannya dengan kondisi ekonomi makro yang sedang diterpa berbagai sentimen buruk.
“Sebagai entry point masyarakat untuk kepemilikan kendaraan roda empat, segmen LCGC dengan karakternya yang price sensitive bisa menjadi representasi kondisi ekonomi di Indonesia,” jelas Sobari kepada Kontan, Rabu (24/9/2025).
Yang pasti, menurutnya lesunya pasar LCGC bukan gegara kehadiran mobil-mobil listrik murah. Sobari bilang pada dasarnya kedua jenis mobil ini memiliki karakteristik pasar yang berbeda.
“Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada karakter pembeli di segmen LCGC dengan kendaraan elektrifikasi,” sebutnya.
Kedua jenis produk tersebut cenderung saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan mobilitas segmennya masing-masing, alih-alih menggantikan.
Baca Juga: Toyota Akan Produksi SUV Listrik di Pabrik Kentucky, Hentikan Lexus ES
Di tengah pasar yang lesu, Sobari bilang Toyota bakal terus berupaya menghadirkan paket solusi mobilitas yang kompetitif, terutama di segmen entry level. Pasalnya, segmen tersebut krusial bagi masyarakat yang ingin memiliki kendaraan roda empat.
“Meski terkoreksi, harapannya persentase ini masih bisa dijaga semaksimal mungkin,” tandasnya.
Asal tahu saja, kini selisih harga LGCC dan BEV hanya terpaut sedikit. Umumnya, LCGC dibanderol dalam range harga Rp 100 juta–Rp 200 juta. Namun, belakangan muncul BEV di range harga serupa. Sebut saja Wuling New Air EV yang dijual Rp 184 juta–Rp 252 juta, atau BYD Atto 1 yang dibanderol Rp 195 juta–Rp 235 juta.
Selanjutnya: Michael Saylor Prediksi Bitcoin Akan Naik Kembali Menuju Akhir 2025
Menarik Dibaca: Selain Saham, Ini Sederet Instrumen Investasi yang Cocok Untuk Diversifikasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News