Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor otomotif membawa kontribusi signifikan bagi industri terkait di sisi hulu maupun hilir. Penjualan kendaraan bermotor yang merosot pada tahun lalu membawa konsekuensi hilangnya potensi nilai ekonomi pada sejumlah industri.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan pada tahun 2024 penjualan di sektor otomotif turun sebanyak 3,1%. Sayangnya, Agus tidak merinci secara volume atau jumlah unit kendaraan yang dimaksud.
Agus hanya menjelaskan, penurunan penjualan sektor otomotif tersebut diestimasikan berdampak pada hilangnya nilai ekonomi sebesar Rp 10 triliun.
Baca Juga: Kerugian Ekonomi Capai 11,9 Triliun Akibat Penundaan Pengangkatan CPNS dan PPPK
Kondisi ini dirasakan oleh industri pendukung otomotif, baik dari sisi hulu yang memasok bahan baku dan komponen produksi, maupun di hilir yang memanfaatkan output dari produk otomotif.
Jika dirinci, potensi nilai ekonomi yang hilang tersebut berasal dari sektor hulu sebesar Rp 5,4 triliun dan di sektor hilir senilai Rp 4,6 triliun. Sektor hulu antara lain mencakup industri logam, elektronik dan karet. Sedangkan sektor hilir antara lain meliputi logistik, perdagangan dan servis.
"Pada periode tahun lalu ada penurunan penjualan kendaraan bermotor, dan ini memberikan dampak langsung terhadap backward linkage dan power linkage di industri otomotif. Kami sudah menghitung, penurunan penjualan tahun 2024 berdampak sebesar Rp 10 triliun," terang Agus dalam agenda Kumparan New Energy Vehicle Summit 2025, Selasa (6/5).
Agus memastikan, pemerintah akan mendukung perkembangan industri otomotif. Termasuk industri kendaraan berbahan bakar baru alias new energy vehicle, yang akan terus berkembang sejalan dengan transisi menuju energi bersih.
Baca Juga: Pembiayaan Baru Adira Finance Capai Rp 36,6 Triliun di 2024, Ditopang Segmen Otomotif
Contohnya adalah kendaraan listrik alias Electric Vehicle (EV), hidrogen maupun biofuel. "Kami percaya pengembangan teknologi ini akan membawa percepatan dari transisi yang dilakukan Indonesia menuju ekonomi hijau. Pemerintah welcome terhadap semua teknologi yang mengarah pada ramah lingkungan," ujar Agus.
Agus pun menyoroti industri EV yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Pada tahun lalu, populasi kendaraan listrik mengalami peningkatan sebanyak 78% menjadi 207.000 unit.
Agus membeberkan, saat ini Indonesia memiliki tujuh pabrikan bus listrik dengan kapasitas 3.100 unit per tahun dan sembilan pabrikan mobil listrik dengan kapasitas 70.060 unit per tahun. Selain itu, ada 63 pabrikan motor listrik dengan kapasitas 2,28 juta unit per tahun.
Baca Juga: Penyaluran Pembiayaan Kendaraan Listrik CNAF Capai Rp 79,22 Miliar pada Januari 2025
Total investasi dari pabrikan EV tersebut mencapai Rp 5,63 triliun. "Dalam konteks pengembangan kendaraan listrik, pemerintah tidak hanya ingin Indonesia menjadi pasar. Kami berupaya agar Indonesia bisa menjadi basis produksi kendaraan listrik, paling tidak di kawasan ASEAN," tandas Agus.
Selanjutnya: Perlambatan Ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2025 dan Solusi yang Diperlukan
Menarik Dibaca: Penyebab Kolesterol Tinggi Apa? Salah Satunya Berat Badan Berlebih
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News