Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara masih berkutat di level yang rendah seiring tekanan pasar yang belum mereda. Adanya pandemi Covid-19 membuat permintaan (demand) anjlok, namun pasokan (supply) batubara masih cenderung stabil sehingga terjadi kelebihan pasokan (oversupply).
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan, ketidakseimbangan antara supply dan demand menyebabkan harga batubara masih tersungkur di kisaran index US$ 50-US$ 54 per ton.
Kondisi ini diperparah dengan belum pulihnya kondisi ekonomi di negara-negara pengimpor batubara, sehingga permintaan tidak naik secara signifikan.
Baca Juga: Harga komoditas kurang atraktif, investor bisa ambil pendekatan jangka pendek
Mempertimbangkan kondisi tersebut, Rizal mengusulkan adanya pengurangan produksi batubara secara nasional. Jika dibandingkan dengan realisasi produksi tahun 2019 lalu yang mencapai 616 juta ton, Rizal menyebut, produksi batubara Indonesia pada tahun ini sebaiknya diturunkan hingga 50 juta ton - 70 juta ton.
Untuk jangka pendek, pengurangan produksi adalah opsi utama yang selayaknya dicoba oleh pemerintah maupun pelaku usaha. "Pengurangan produksi secara nasional agar kondisi tidak oversupply sehingga harga akan terangkat ke level yang wajar. Tidak ada alternatif lain selain penurunan produksi, setidaknya untuk menyeimbangkan pasar sebagai solusi jangka pendek," jelas dia kepada Kontan.co.id, Selasa (18/8).