Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Pada saat bersamaan, serapan dari pasar domestik pun tak akan tumbuh, malah berpeluang turun hingga 10 juta ton. "Diperkirakan volume akan mulai naik kembali di tahun 2021 atau setelah (penanganan) corona berhasil diterapkan dengan baik di beberapa negara," ungkap Rizal.
Ke depan, Indonesia harus mengikis ketergantungan terhadap pasar ekspor dengan meningkatkan serapan dari dalam negeri. Sebab, ketergantungan pada pasar ekspor memiliki risiko tinggi karena dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan geopolitik, konsumsi serta peralihan energi di negara pengimpor.
Peningkatan pasar batubara dalam negeri bisa dilakukan dengan percepatan hilirisasi batubara, seperti untuk briket dan konversi batubara ke gas atau pun methanol. Pembangunan smelter pun perlu digenjot untuk meningkatkan kebutuhan energi.
Baca Juga: Operasional PLTU Batang mundur, Adaro Energy (ADRO) lakukan evaluasi
Namun untuk saat ini, Rizal mengatakan bahwa perusahaan bisa survive dengan melakukan efisiensi khususnya dari sisi operasional. Misalnya dengan menurunkan tingkat nisbah kupas (stripping ratio) menjadi lebih kecil sehingga menurunkan biaya produksi terutama dari pengupasan tanah penutup (overburden).
Upaya lainnya ialah menegosiasikan rate dengan kontraktor tambang dan mencari market baru. "Namun tidak berpengaruh banyak karena tidak bisa mengkompensasi demand dari tujuan ekspor yg besar seperti China dan India," pungkas Rizal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News