kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.274   -99,00   -0,60%
  • IDX 7.927   68,06   0,87%
  • KOMPAS100 1.113   9,98   0,90%
  • LQ45 829   6,70   0,81%
  • ISSI 265   0,63   0,24%
  • IDX30 429   3,15   0,74%
  • IDXHIDIV20 497   3,62   0,73%
  • IDX80 125   1,07   0,86%
  • IDXV30 133   1,90   1,45%
  • IDXQ30 139   1,18   0,85%

Perhapi Ungkap Perlu Alokasi Dana Khusus untuk Kegiatan Eksplorasi Logam Tanah Jarang


Senin, 25 Agustus 2025 / 21:04 WIB
Perhapi Ungkap Perlu Alokasi Dana Khusus untuk Kegiatan Eksplorasi Logam Tanah Jarang
ILUSTRASI. Peneliti mengoperasikan reaktor pengolah campuran logam tanah jarang di Laboratorium pengolahan logam tanah jarang, Gedung Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Yogyakarta, Babarsari, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (4/1). BATAN Yogyakarta menguji kesiapan Thorium hasil pengolahan limbah penambangan timah sebagai sumber energi alternatif untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/pd/17.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) mengungkap perlu adanya alokasi dana khusus untuk kegiatan eksplorasi dan penelitian terkait material Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth Element (REE) usai disahkannya Badan Mineral Industri oleh Presiden Prabowo, Senin (25/08/2025).

Menurut Ketua Umum Perhapi Sudirman Widhy mengatakan dari sisi ahli, data informasi terkait sumber daya dan cadangan LTJ di dalam negeri masih sangat minim.

"Kami berharap agar ada alokasi dana khusus untuk kegiatan eksplorasi dan penelitian material logam tanah jarang ini mengingat data informasi sumberdaya dan Cadangan mineral logam tanah jarang ini masih minim sekali," kata dia saat dikonfirmasi Kontan, Senin (25/08/2025).

Baca Juga: Timah Tbk (TINS) Bidik Pengembangan Mineral Logam Tanah Jarang di Bangka Belitung

Ke depan, Sudirman menambahkan kebutuhan akan mineral LTJ akan sangat diperlukan untuk teknologi dan juga industri pertahanan.

Adapun, Perhapi melihat adanya potensi geologi Indonesia yang cukup besar ditunjukan dengan keberadaan mineral logam tanah jarang, baik sebagai bahan galian primer maupun mineral ikutan pada komoditas tambang mineral lain seperti nikel dan timah.

"Diharapkan pemerintah bisa menyediakan alokasi khusus untuk kegiatan eksplorasi detail atas keberadaan mineral logam tanah jarang ini," tambahnya.

Sudirman juga menyebut bahwa dipilihnya Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto sebagai kepala Badan Industri Mineral pastinya telah melalui pertimbangan yang matang.

"Penunjukan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi sebagai kepala badan menurut kami juga tidak sepenuhnya salah. Mengingat untuk pengelolaan mineral logam tanah jarang dan mineral radioaktif tersebut, muatan teknologinya cukup banyak, jadi pengembangan dan penelitian di perguruan tinggi," jelas dia.

Baca Juga: Badan Industri Mineral Terbentuk, IMA Ungkap Potensi Pengembangan Logam Tanah Jarang

Selain itu, Brian yang merupakan Guru Besar Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB memiliki keahlian Teknologi Nano dan Kuantum, juga diharapkan dapat mendukung pengelolaan mineral strategis di bawah Badan Indisutri Mineral.

"Kami sendiri dari Perhapi ada beberapa kali bertemu. Beliau (Brian) menjelaskan jika nano-material dan Logam Tanah Jarang menjadi salah satu yang menarik perhatiannya, dan beliau telah memiliki peta jalannya," ungkap Sudirman.
Sebagai tambahan, berdasarkan data dari Badan Geologi Kementerian ESDM, LTJ atau REE sebenarnya bukan unsur logam yang jarang, namun istilah "rare" atau jarang, dimaksudkan sebagai "tidak umum".

Logam ini di Indonesia, belum banyak dikenal dan diketahui dengan baik sumber dayanya. Keterdapatan sumber daya LTJ/REE dalam jumlah besar sementara ini berada di Tiongkok (China), Amerika Serikat dan Australia. \

Namun dari sisi produksi China sangat mendominasi, dengan memasok kurang lebih 90% dari kebutuhan dunia.

Kebutuhan akan LTJ di dunia akhir-akhir ini meningkat sangat tajam. Hal ini dikarenakan REE menjadi komoditi yang sangat strategis bagi kemajuan teknologi masa depan.

Secara signifikan, kehadiran komoditi REE mampu menyumbang dalam peningkatan teknologi modern yang ada disekitar kita, seperti telepon selular, komputer, batere isi ulang, magnet, lampu fluoresen dan peralatan elektronik lainnya untuk keperluan sipil maupun militer. 

Baca Juga: Pemerintah Mulai Cari Logam Tanah Jarang, Potensi Terbesar dari Wilayah Ini

Selanjutnya: Trump Mulai Kerahkan Garda Nasional Bersenjata di Washington

Menarik Dibaca: Prediksi Newcastle vs Liverpool: The Reds Tantang The Magpies di St James' Park

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×