Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Rencana Perum Perhutani menggenjot produksi air minum kemasan harus tertunda hingga semester dua 2012. Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto mengatakan, peningkatan produksi air minum kemasan seharusnya sudah berjalan sejak awal tahun. Namun, rencana ini harus tertunda karena mesin untuk menaikkan produksi air minum kemasan tak kunjung datang. "Mesin didatangkan dari Taiwan, tapi mengalami gangguan dalam pengiriman," kata Bambang kepada KONTAN.
Sebenarnya jika mesin datang tepat waktu, Perum Perhutani bisa meningkatkan kapasitas produksi air minum kemasan menjadi 2,5 juta botol per tahun. Jumlah ini meleset dari target awal produksi mereka, yaitu 5 juta botol per tahun. Nah, karena keterlambatan ini, Perum Perhutani hanya memiliki kapasitas produksi kurang lebih 1 juta botol per tahun, atau sama dengan tahun 2011 lalu.
"Memang masih ada kendala di sumber daya manusia, karena ini bukan bisnis utama kami. Tapi kami akan terus fokus membenahi supaya kontribusi pendapatan dari air kemasan bisa naik menjadi 2%," katanya. Adapun di sepanjang 2011 lalu, divisi air minum kemasan hanya memberikan kontribusi tidak sampai 1% dari total pendapatan
Perum Perhutani. Pada tahun ini, perusahaan plat merah ini menargetkan pendapatan sebesar Rp 3,62 triliun. Bambang berharap, mesin tambahan ini bisa datang pada Juni atau Juli 2012 mendatang. Maklum, permintaan untuk air minum dalam kemasan cukup tinggi, seperti dari Jepang yang meminta pasokan hingga 10 juta botol per tahun.
Akibat keterlambatan pengiriman mesin, Perum Perhutani terpaksa menghentikan ekspor air minum kemasan karena produksi yang belum mencukupi. "Jika mengekspor sedikit-sedikit, jadinya tidak ekonomis. Lagipula produksi untuk dalam negeri saja masih belum mencukupi," kata Bambang.
Selain pasar ekspor, Perum Perhutani memang menawarkan produk air minum kemasan ke sesama Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pada tahun ini, Perum Perhutani menargetkan pasar luar negeri bisa menyumbang pendapatan perusahaan sebesar Rp 1,28 triliun, atau setara 35,39% dari target pendapatan perusahaan. Mereka menargetkan, pendapatan produk non kayu memberikan kontribusi lebih besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News