Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Penjualan ritel sepanjang kuartal I-2017 mengalami perlambatan. Kendati begitu, pengusaha ritel masih optimis tahun ini bisa mencatatkan pertumbuhan penjualan 8%-10%.
Pengusaha ritel menggantungkan harapannya pada momentum Lebaran dan even-even yang bisa menopang penjualan seperti Festival Jakarta Great Sales (FJGS) yang akan digelar mulai 2 Juni- 12 Juli 2017 yang juga bertepatan pada musim Lebaran.
Lewat momentum tersebut diharapkan target pertumbuhan tersebut bisa dicapai mengingat kontribusi Lebaran terhadap total penjualan ritel dalam setahun mencapai sekitar 40%-45%.
Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), penjualan ritel sepanjang kuartal I 2017 mengalami perlambatan sebesar 20%.
"Kami sangat mengapresiasi FJGS yang juga berlangsung pada momen Lebaran. Kita tahun momentum Lebaran memberi kontribusi terbesar dalam setahun mencapai 45%. Jadi kuartal II ini akan menjadi momentum recovery sehingga secara total tahunan nanti masih akan mengalami pertumbuhan," kata Roy Mande, Ketua Umum Aprindo pada KONTAN, awal pekan ini.
Untuk mencapai target tersebut, lanjut Roy, pengusaha ritel akan menjaga harga supaya tetap stabil. Menurutnya, masyarakat sudah sangat pintar dan tidak bisa dikelabui lewat harga.
Untuk menjaga harga, pengusaha ritel sudah menyiapkan stok khusus produk-produk yang akan dilempar saat momen Lebaran sehingga tidak ada lagi permainan harga. Roy bilang, pihaknya justru akan memainkan promosi untuk mendorong penjualan.
"Pertama kita lakukan promosi produk dengan meluncurkan varian-varian baru. Kemudian kita melakukan promosi diskon. Pada saat FJGS kita akan memberikan diskon up to 70%, serta ada diskon rambat berupa penambahan poin." Jelas Roy.
Roy menjelaskan perlambatan penjualan ritel pada kuartal I disebabkan oleh adanya perubahan pola perilaku belanja konsumen. Saat ini masyarakat belanja tidak lagi menerapkan stok tetapi melakukan belanja sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Kemudian, penurunan juga terjadi akibat faktor politik. Adanya ketidakpastian pada momentum Pilkada membuat orang menahan diri menginvestasikan dananya untuk membuat perencanaan ke depannya.
Roy yakin penjualan ritel akan semakin membaik dengan berakhirnya momentum Pilkada dan ditambah dengan peningkatan konsumsi pada saat Lebaran.
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga menggantungkan asa pada momentum Lebaran. Dengan sokongan penjualan pada momentum ini yang biasanya menyumbang 43% terhadap penjualan perusahaan dalam setahun maka perusahaan optimis tahun ini masih bisa mengantongi pertumbuhan penjualan sebesar 8%.
Pada kuartal I 2017, penjualan Ramayana masih turun tipis yakni 0,2%. Namun, Suryanto, Direktur Keuangan Ramayana yakin penjualan perusahaan akan semakin meningkat dengan berakhirnya masa pilkada serta meningkatkan tingkat konsumsi pada musim Lebaran. "Apalagi kita juga berencana menambah gerai sebelum Lebaran. Ini akan menopang peningkatan penjualan kita," ujarnya.
Sementara pada ajang FGJS, akan 81 mall/pusat belanja yang terlibat di dalamnya, 40 pasar tradisional PD Jaya, dan 12 hotel yang ada di Jakarta serta seluruh retailer yang ada di pusat belanja tersebut.
Ellen Hidayat, Ketua Asosiasi Perusahaan Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengatakan, semua yang terlibat dalam ajang tersebut akan memberikan tawaran diskon belanja hingga 70%. Dirinya berharap ajang yang diselenggarakan dalam rangka ulang tahun kota Jakarta tersebut bisa menjadi daya tarik wisata belanja baik untuk wisatawan asing maupun wisatawan domestik.
"Ajang ini kita harapkan juga bisa berkontribusi mengurangi keinginan masyarakat kita untuk belanja di luar negeri," kata Ellen.
Ellen menargetkan total transaksi dari FJGS bisa mencapai Rp 16,5 triliun atau meningkat 5% dibandingkan total transaksi pada pelaksanaan tahun lalu yang mencapai Rp 15,74 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News