kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perkara tumpang tindih lahan tak ganggu kinerja Bayan Resources


Senin, 06 Agustus 2018 / 19:36 WIB
Perkara tumpang tindih lahan tak ganggu kinerja Bayan Resources
ILUSTRASI. Bayan Resources


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak usaha PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Tiwa Abadi (TA) kembali mengalami tumpang tindih lahan dengan perusahaan sawit PT Sasana Yudha Bhakti. 

Sebelumnya, anak perusahaan BYAN ini juga pernah mengalami masalah serupa setahun silam. Asal tahu saja, PT Tiwa Abadi harus menciutkan wilayah pertambangan karena tumpang tindih dengan wilayah pertambangan anak usaha lain.

PT Tiwa Abadi harus mempersempit lahan kurang lebih 4 hektare (ha) lantaran tumpang tindih dengan PT Tanur Jaya. PT Tanur Jaya merupakan perusahaan terafiliasi dengan PT Tiwa Abadi yang juga anak usaha BYAN tidak langsung melalui Kangoroo Resources Limited.

Saat ini PT TA melalui kuasa hukumnya telah mengajukan gugatan terhadap Bupati Kutai Kartanegara pada Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda sehubungan dengan dikeluarkannya izin usaha budidaya perkebunan komoditi kelapa sawit PT Sasana Yudha Bhakti pada 2007 serta izin usaha perkebunan PT Persada BangunJaya pada 2015.

Direktur PT Bayan Resources Tbk, Jenny Quantero mengatakan penyebab terjadinya tumpang tindih lahan ini disebabkan karena adanya izin usaha non pertambangan atau izin usaha perkebunan yang diterbitkan oleh instansi pemerintah setempat setelah izin usaha pertambangan BYAN diterbitkan.

Berdasarkan infromasi sebelumnya, PT TA sudah mendapatkan kuasa pertambangan eksplorasi pada 2006 dari Bupati Kutai Kartanegara untuk lahan seluas kurang lebih 5000 ha. 

Dampak dari permasalahan ini, PT TA tidak dapat melakukan kegiatan pertambangan pada wilayah izin usaha yang tumpang tindih dengan wilayah izin usaha perkebunan PT Sasana Bakti dan PT Persada Bangun Jaya yang sudah ditanami sawit. “Kinerja produksi perusahaan saat ini tidak terganggu dengan adanya tumpang tindih tersebut,” ungkap Jenny kepada Kontan.co.id, Senin (6/8).

Jenny mengungkapkan saat ini luas konsesi pertambangan yang dimiliki BYAN Grup seluas 126,293 ha yang terletak di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Pada tahun ini, BYAN berencana mengerek produksi batubara sebesar 24 juta ton sampai 28 juta ton dengan target penjualan sebesar 25 juta ton sampai 28 juta ton. Jenny menyampaikan, produksi batubara per akhir Juni 2018 sejumlah 14,8 juta ton dengan penjualan 14,3 juta ton. Realisasi produksi batubara pada tahun lalu sejumlah 20,9 juta ton dan penjualan 20,1 juta ton.

Sedangkan untuk target pendapatan, Jenny menargetkan BYAN mampu mengantongi pendapatan sebesar US$ 1,2 miliar hingga US$ 1,45 miliar. Guna mencapai target yang sudah dipasang, BYAN tengah fokus dalam kontrak jangka panjang. “Selain fokus dengan long term kontrak, kita juga fokus dalam peningkatan produksi dari konsesi Tabang, Kalimantan Timur,” ujarnya.

Pada 2018, BYAN menganggarkan belanja modal sebesar US$ 80 juta sampai US$ 120 juta. “Belanja modal digunakan terutama untuk peningkatan fasilitas infrastuktur di konsesi Tabang, juga perluasan di Balikpapan coal terminal,” imbun Jenny.

Mengenai tantangan bisnis pada 2018, Jenny mengaku kondisi cuaca masih jadi tantangan berat bagi perusahaan tambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×