Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JAS Airport Services) tengah meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi tantangan cold chain dari distribusi Vaksin Covid-19 dan produk farmasi lainnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), cold chain adalah sistem penyimpanan dan pengangkutan vaksin/obat-obatan dengan suhu tertentu yang direkomendasikan, dimulai dari titik produksi hingga titik penggunaan. cold chain ini biasanya melibatkan tiga komponen utama infrastruktur yaitu pesawat terbang, truk, dan gudang penyimpanan yang dingin.
Vaksin Covid-19 dan produk farmasi biasanya memerlukan suhu dan prosedur penanganan yang berbeda karena sifatnya yang mudah rusak karena panas, cahaya, atau dingin yang berlebihan. Sehingga dengan demikian, fasilitas cold chain yang dimiliki setiap Cargo Terminal Operator (CTO) menjadi aspek penting dalam kesatuan mata rantai logistik sebelum akhirnya didistribusikan kepada masyarakat.
Untuk mengantisipasi kedatangan vaksin Covid-19 dan produk farmasi lainnya dalam jumlah besar, JAS telah mulai mengidentifikasi sejumlah penambahan fasilitas cold chain.
Saat ini, JAS memiliki total 11 fasilitas penyimpanan dingin dalam gudang impor maupun ekspor dengan temperatur terkontrol mulai dari -2 ℃ hingga -25 ℃ (untuk ruang freezer), 2 ℃ hingga 8 ℃ (untuk ruang chiller) dan 15 ℃ hingga 25 ℃ (untuk ruang dingin/cold rooms).
JAS berencana untuk meningkatkan fasilitas penyimpanan dingin dan peralatan yang sudah ada, salah satunya adalah perluasan area pendingin tertutup (Enclosed Refrigerated Area) menjadi sekitar 2062.5 m3 dengan temperatur 15 ° C - 25 ° C. Tujuan utamanya untuk penyimpanan produk farmasi dan aktivitas e-Facilitation seperti pemilahan ulang, pengemasan ulang dan pelabelan ulang untuk distribusi.
Selain itu JAS juga akan menambahkan jalur antrian pendingin (Refrigerated Queue Lanes) dengan kisaran temperatur 15 ° C - 25 ° C untuk memastikan agar jalur yang dilewati oleh produk farmasi ini tetap terjaga suhunya mulai dari awal turun pesawat.
JAS juga melakukan pengadaan selimut termal (thermal blanket) yang nantinya dibutuhkan untuk menutupi palet yang membawa produk farmasi.
Di luar rencana penambahan fasilitas dan peralatan, JAS juga tengah mengikuti prosedur untuk mendapatkan sertifikasi IATA CEIV Pharma. IATA mengeluarkan sertifikasi CEIV Pharma ini untuk membantu perusahaan ground handling dan seluruh rantai pasokan kargo udara demi memenuhi kebutuhan industri akan keselamatan, keamanan, kepatuhan, dan efisiensi yang lebih tinggi.
Menurut Herman Prayitno, Komisaris Utama JAS, sertifikasi IATA CEIV Pharma tersebut penting untuk memastikan integritas produk farmasi di seluruh rantai pasokan.
"JAS nantinya akan menjadi Cargo Terminal Operator (CTO) pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi IATA CEIV Pharma. Tujuannya jelas, selain kepatuhan terhadap regulasi dan standar internasional, JAS akan diakui secara global dan dinyatakan siap untuk menangani produk farmasi secara konsisten," jelas Herman dalam keterangan tertulisnya, Selasa (8/12).
Herman yang juga merupakan mantan KASAU, Dubes dan Komisaris Utama Angkasa Pura II ini menambahkan, validasi IATA CEIV Pharma ini diharapkan selesai pada Maret 2021, namun di luar itu, JAS sudah memiliki sertifikasi GDP (Good Distribution Practices) dari WHO semenjak tahun 2014.
Tangani Hewan Ternak
PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JAS Airport Services) telah selesai menangani penanganan hewan ternak terbesar yang diimpor dari Australia pada Selasa (8/12).
Pengiriman sebanyak 300 ekor ini merupakan penanganan hewan ternak terbesar yang ditangani JAS selama masa pandemik. Sapi dan kambing yang diangkut oleh Atlas Air B747-800 tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta pada pukul 00.30.
Sebagai informasi terbaru, yang membedakan penanganan kali ini dengan impor hewan ternak yang sebelumnya adalah soal pemusnahan limbah internasional. Sebelumnya, limbah atau sampah internasional ini selalu ditangani oleh pihak importir itu sendiri.
Heri Lukmanto, General Manager Kargo JAS mengungkapkan bahwa mulai saat ini limbah atau sampah internasional akan ditangani oleh perusahaan ground handling.
"Hal ini sesuai dengan kepatuhan terhadap UU Karantina Hewan no.21 thn 2019 bahwa limbah/ sampah internasional akan ditangani oleh perusahaan ground handling dan JAS akan berkoordinasi dengan pihak Karantina dan operator bandara," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News