kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Permainan harga di tengkulak, petani tembakau tak nikmati keuntungan hasil panen


Jumat, 23 September 2011 / 21:41 WIB
Permainan harga di tengkulak, petani tembakau tak nikmati keuntungan hasil panen
ILUSTRASI. Seorang karyawan menunjukkan kepingan emas di kantor Pegadaian Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (15/10/2020). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/hp.


Reporter: Eka Saputra | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Peneliti pada Lembaga Penelitian, Pengkajian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Magelang, Agung Nugroho, mengatakan, kesejahteraan petani tembakau tidak sebanding ingar-bingar masa panen. “Bahkan saat panen sedang bagus-bagusnya, hanya segelintir petani menikmatinya. Sebab rata-rata modal menanam diperoleh dengan berutang dari pedagang,” katanya di Jakarta Media Center (23/9).

Hal ini terjadi lantaran terdapat tata niaga yang misterius dalam pertanian tembakau. Mata rantai utamanya dari petani dibeli tengkulak. Tapi pembelian tersebut sudah berlangsung sejak saat petani belum melakukan panen. Tengkulak datang menemui petani membawa kertas berisi keterangan bahwa nanti tembakaunya akan dibeli Rp. 50.000 per kilogram (kg).

Nah, saat panen tiba, bayaran yang diserahkan jadi Rp 40.000 per kg. Alasannya macam-macam, mulai dari tembakau jelek hingga potongan biaya dari pabrik. Dari tengkulak tembakau sampai ke tangan pedagang besar, sebelum kemudian menuju ahli tembakau (grader) dan ke pabrik. Marwoto, salah seorang petani tembakau dari Magelang, membenarkan pernyataan Agung. “Kalau panen bukannya untung, tapi buntung. Sudah wajar itu misalnya tengkulak bilang beli seharga Rp 10.000 per kg tapi hanya dibayarnya Rp 8.000 per kg,” katanya.

“Inilah yang rumit dan misterius karena petani tidak bisa menjual langsung ke pabrik. Ini sudah seperti mafia,” tutur Agung. Padahal, berdasarkan hasil penelusurannya, seorang grader bisa dititipi uang sejumlah Rp 4 miliar hingga Rp 8 miliar. Di tangan grader ini masalah lebih pelik lagi. Terkadang tembakau yang oleh petani dinilai berkualitas A atau yang paling berkualitas baik, oleh grader hanya di nilai D. Menurut Agung, ke depannya perlu sebuah laboratorium yang bisa memberi penilaian kualitas tembakau secara objektif.

Tahun ini di Temanggung sendiri panen sedang bagus, karena memang cuaca panas yang mendukung. Harga tembakau Temanggung kualitas E dan F tiap kilogramnya berada di kisaran Rp 255.000, kualitas C dan D mencapai Rp. 100.000 sementara kualitas A dan B itu Rp 250.000 hingga Rp 300.000. Berdasar penelitian Agung, uang yang beredar dari hasil panen tembakau sekitar Rp. 1,18 triliun.

Tapi, nyatanya pendapatan asli daerah Temanggung tidak meningkat secara signifikan. Yang meningkat adalah pendapatan tengkulak dan pedagang. Nasib petani jangan ditanya lagi, meski panen besar ada utang beserta bunga yang cukup besar yang harus segera mereka lunasi. Utang tersebut mereka dapatkan dari rentenir untuk modal penanaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×