Reporter: Gloria Haraito |
JAKARTA. Pertambangan dan konstruksi yang bergairah tahun ini bikin penjualan alat berat ikut terkerek.
Derrick L H Sim, Presiden Direktur PT Volvo Indonesia mengatakan, harga batubara yang menguat serta perekonomian global yang perlahan pulih mendorong aktivitas tambang batubara kembali aktif. Alhasil, permintaan alat berat Volvo pun tumbuh drastis.
Sepanjang tahun 2010, total permintaan alat berat Volvo mencapai 60 unit per bulan. "Jumlah ini tumbuh sekitar 70% sampai 90% dari penjualan rata-rata tahun lalu," ujar Derrick. Alat berat Volvo disalurkan melalui agen tunggal pemegang merek (ATPM) PT Intraco Penta Tbk.
Merek alat berat yang diimpor oleh Volvo Indonesia antara lain Volvo Truck, Renault Truck, Volvo Construction Equipment, dan UD Nissan Diessel. Jenis alat berat ini antara lain articulated dumb truck, wheel loader, hydraulic escavator, road machine, dan vibratory compactor. Selain digunakan untuk penambangan batubara, alat berat Volvo juga kerap digunakan untuk konstruksi jalan dan gedung. Harga alat berat Volvo berkisar US$ 400.000 per unit.
Derrick mengakui, meski penjualan tumbuh pesat tahun ini, namun pangsa pasar Volvo di industri alat berat masih cilik, sekitar 6%. Melihat pasar yang menggairahkan, dua bulan mendatang Volvo Indonesia akan meluncurkan hydraulic escavator baru.
Menurut Derrick, berbeda dengan alat berat kompetitor, hydraulic escavator Volvo lebih ramah lingkungan sebab bisa menghemat bahan bakar 10% hingga 15%. Bahan baku yang digunakan untuk membuat hydraulic escavator ini juga terbuat dari bahan daur ulang.
Pasar yang menggeliat dan peluncuran produk baru diharapkan bisa mendongkrak penjualan tahun ini. "Kami targetkan sama seperti volume, tahun ini bisa tumbuh 90%," ujar Derrick.
Demi mencapai target itu, Volvo Indonesia menggandeng sejumlah lembaga pembiayaan. Yang terbaru, Volvo menggandeng Orix sebagai lembaga pembiayaan. Riza Fahlevi, Manajer Senior Volvo Indonesia mengatakan, hingga tahun lalu total pembiayaan untuk alat berat Volvo mencapai US$ 250 juta. Sebagian besar pembiayaan tersebut dialokasikan untuk construction equipment.
"Construction equipment mencapai US$ 175 juta," tutur Riza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News