Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) menyadari adanya perlambatan permintaan produk furniture dari pasar ekspor akhir-akhir ini. Maka itu, WOOD perlu segera melakukan antisipasi agar tantangan tersebut tidak berdampak negatif bagi kinerja perusahaan.
Fajar Andika, Investor Relations Integra Indocabinet menyampaikan, penjualan WOOD sangat berkorelasi dengan permintaan dari pasar Amerika Serikat. Ini mengingat lebih dari 90% kontribusi penjualan WOOD berasal dari Negeri Paman Sam.
Sayangnya, dunia sedang mengalami perlambatan ekonomi dan diambang resesi. AS pun menjadi salah satu negara maju yang paling terdampak oleh ketidakpastian ekonomi global. “Kondisi ini tentu mempengaruhi permintaan produk kayu, khususnya di segmen building component,” kata dia, Jumat (18/11).
Akibat penurunan permintaan tersebut, Manajemen WOOD perlu merevisi target pertumbuhan penjualan tahun 2022 yang sebelumnya dipatok 25%. Sayangnya, pihak WOOD tidak menjelaskan lebih rinci target pertumbuhan penjualan terbaru di tahun ini.
Terlepas dari itu, Manajemen WOOD mengklaim kinerja penjualannya sampai saat ini masih cukup stabil dan belum mengalami kendala.
Baca Juga: Ekspor Besar, Penguatan Dolar AS Berdampak Positif Bagi Integra Indocabinet (WOOD)
WOOD belum merilis laporan keuangan kuartal III-2022 sampai tulisan ini dibuat. Hingga semester I-2022, penjualan bersih WOOD tumbuh 46,73% year on year (yoy) menjadi Rp 3,14 triliun. Di saat yang sama, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk WOOD naik 36,75% (yoy) menjadi Rp 299,89 miliar.
Fajar menyebut, pihaknya masih optimistis dengan prospek bisnis furniture ekspor ke AS pada tahun 2023 mendatang. Seiring mulai membaiknya tingkat inflasi dan berkurangnya tingkat pengangguran di AS, WOOD berharap akan terjadi pemulihan permintaan produk building component. “Kami proyeksikan building component mulai meningkat pada kuartal I-2023,” imbuh dia.
Sementara itu, Fajar mengonfirmasi bahwa per semester I-2022 WOOD telah menyerap capital expenditure (capex) atau belanja modal sekitar Rp 40 miliar dari total capex tahun ini sebesar Rp 250 miliar. Capex tersebut telah digunakan untuk kebutuhan pemeliharaan, penambahan mesin, dan peralatan. Sisa capex yang ada akan dicadangkan untuk pengembangan di bidang kehutanan.
Manajemen WOOD menjelaskan, kebutuhan belanja modal di tahun ini maupun tahun depan lebih ditujukan untuk pemeliharaan dan peningkatan efisiensi operasional. Pasalnya, ekspansi terkait penambahan kapasitas produksi di pabrik sudah dilakukan WOOD di rentang tahun 2019 sampai 2021 kemarin.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Masih Ingin Mencapai Pertumbuhan Penjualan 25%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News