kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.889   41,00   0,26%
  • IDX 7.204   63,03   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,63   1,34%
  • ISSI 221   0,93   0,42%
  • IDX30 449   6,38   1,44%
  • IDXHIDIV20 540   5,74   1,07%
  • IDX80 127   1,43   1,14%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

Permintaan Hidrogen dan Amonia Hijau Meningkat, Perusahaan Pupuk Lebarkan Bisnis


Senin, 28 Agustus 2023 / 14:55 WIB
Permintaan Hidrogen dan Amonia Hijau Meningkat, Perusahaan Pupuk Lebarkan Bisnis
ILUSTRASI. Permintaan Hidrogen dan Amonia Hijau Dunia Meningkat, Perusahaan Pupuk Mulai Lebarkan Sayap Bisnis


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan hidrogen dan amonia hijau di dunia semakin meningkat dalam beberapa waktu belakangan seiring dengan tren transisi energi. Indonesia memiliki modal kuat untuk pengembangan dua produk ini. 

Selain sumber daya yang melimpah, posisi Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada pada jalur perdagangan internasional yang berpotensi menjadi hub hidrogen global. 

Direktur Utama PT Pupuk Iskandar Muda, Budi Santoso Syarif menyatakan, permintaan hidrogen hijau di luar negeri besar. 

“Karena sekarang ada target net zero emission (NZE) semua ke produk green. Reduksi karbon sudah ada regulasinya. Jadi di luar negeri udah ada pajak, jadi kalau buang Co2 harus bayar pajak sekian,” jelasnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (28/8).  

Baca Juga: Pupuk Indonesia Gandeng Perusahaan Jerman Kembangkan Amonia dan Hidrogen Hijau

Maka itu, mau tidak mau, perusahaan-perusahaan global semakin gencar memanfaatkan bahan baku lebih ramah lingkungan untuk mengikuti perubahan regulasi ini. Salah satu produk yang banyak dimanfaatkan ialah hidrogen hijau di sektor pupuk hingga transportasi. 

Memanfaatkan peluang bisnis ini, Pupuk Iskandar Muda menjalin sejumlah kerja sama dengan beberapa perusahaan untuk mengembangkan hidrogen hijau dan amonia hijau. 

Pada tahun lalu, Pupuk Iskandar Muda telah melakukan kerja sama bersama Toyo Engineering Corporation (TOYO) untuk mempercepat rencana implementasi amonia hijau. 

Direktur Utama PIM Budi Santoso Syarif (kiri).

Budi menyatakan, proyek yang dijajaki bersama TOYO di Lhoksumawe Aceh ini masih skala kecil karena masih pilot project sehingga lahan yang disewa hanya seluas 2 hektar.  

“Saat ini TOYO masih dalam proses feasibility studies (FS),” ujarnya. 

Selain dengan perusahaan Jepang, Pupuk Iskandar Muda kembali menjalin kerja sama dengan perusahaan lain, kini dari Jerman. Augustus Global Investment (AGI) berencana untuk membangun Production Plant Green Hydrogen berkapasitas produksi 35.000 ton per tahun yang akan menjadi 180.000 ton amonia hijau per tahun di atas lahan 30 Hektare (Ha) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe. 

Budi menjelaskan, nantinya August Global Investment akan melakukan feasibility studies terlebih dahulu selama dua tahun, kemudian melanjutkan dengan proses konstruksi fasilitas hidrogen hijaunya. 

Dia menyatakan, Pupuk Iskandar Muda memiliki 2 unit pabrik ammonia yang dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas produksi green ammonia. Selain itu pihaknya juga memiliki potensi lahan yang cukup memadai sebagai area pengembangan. 

Nantinya hasil hidrogen hijau dari AGI akan diekspor ke Jepang dan Eropa. Budi menjelaskan, pembeli pasti berada di luar negeri karena dari sisi regulasi, terkhusus harga hidrogen hijau sudah jelas. 

“Sedangkan di dalam negeri kan belum ada harga green hydrogen ini berapa, lalu ammonia green berapa. Biar nanti setelah proven (regulasi dan harganya) baru dilaksanakan di Indonesia,” ujarnya. 

Pengembangan hidrogen dan amonia hijau ini sejatinya untuk mengatasi potensi hambatan ke depannya jika terus mengandalkan energi fosil. Budi menjelaskan, amonia yang diproduksi saat ini masih memanfaatkan grey hydrogen yang bahan bakunya dari gas. 

“Jadi kita bottleneck dari ketersediaan gas. Tetapi jika beralih ke green hydrogen bahan bakunya air dan listrik,” terangnya. 

Baca Juga: Memanfaatkan Hidrogen Hijau

CEO August Global Investment (AGI), Fadi Krikor menyatakan biaya investasi pembangunan infrastruktur produksi green hydrogen diperkirakan sebesar US$ 400 juta hingga US$ 700 juta, tergantung dari bentuk akhir green hydrogen yang akan ditransportasikan (compressed hydrogen, liquid hydrogen, ammonia, atau bentuk lain).

"Kami sangat antusias dapat berinvestasi di Indonesia dan mendukung transisi Indonesia menuju masa depan energi bersih," ujarnya. 

Lebih lanjut, Krikor menjelaskan, offtaker produk amonia hijau ini merupakan pelanggan yang berada di Asia Selatan Jerman, Jepang, Korea, dan Singapura. 

“Kapasitas yang kami miliki tidak cukup untuk memenuhi permintaan yang sudah ada di Asia Barat Daya. Oleh karena itu bagi kami, ini adalah tahap pertama dari proyek ini dan kami akan segera melanjutkan proyek lainnya,” jelasnya. 

Untuk mengembangkan potensi hidrogen tersebut, Indonesia melalui PT PLN (Persero) dan PT Pupuk Iskandar Muda, bersama Augustus Global Investment (AGI) menyepakati Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) terkait investasi produksi hidrogen hijau di Indonesia. Nota kesepahaman tersebut mengenai lokasi dan penyediaan listrik untuk produksi hidrogen ramah lingkungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×